Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan
(Telaah Reflektif dan Implementatif)
Oleh:
“Kader IMM harus secara total tampil
sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah,
santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan
masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks
aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma keramahan, kesantunan,
toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi
semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan
agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi
memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya
dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-nilai ini
dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and
IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi
kader Ikatan.”
Amirullah - IMM Untuk Kemanusiaan (2016)
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Ketika
berbicara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tidak lepas dengan upaya Muhammadiyah
mewujudkan kader-kader muda nya sebagai kaum intelektual muslim. Diharapkan
kader IMM menjadi penerus estafet kepemimpinan dan menjalankan misi dakwah
Muhammadiah. IMM harus mencerminkan perilaku yang ingklusif, toleran, santun,
damai, penuh kasih, tolong menolong, memiliki moral force, kedalaman
Ilmu, dll. Pada prinsipnya, Al-qur’an dan semangat akhlak Nabi merupakan
landasan teologis-filosofis-historis-ideologis yang harus secara gigih dipegang
kuat oleh kader IMM. Misalkan secara umum dan sangat populer kita kenal seperti
kepribadian amanah, jujur, berani menyampaikan dan menegakan kebenaran serta
berkepribadian pintar-cerdas. Nilai-nilai seperti ini haruslah benar-benar
dikejewantahkan oleh kader IMM di manapun berada.
Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan
(Telaah Reflektif dan Implementatif)terbagi menjadi 2 bahasan: Pertama, tentang Manifestasi
Autentik Profil Kader Ikatan, lalu yang kedua tentang Melacak
Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran &
Gagasan.
Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatanadalah sebuahide, wacana dari
gagasan-gagasan penulis terkait bagaimana kader dilihat dalam segala aspek. Mewujudkan
purifikasi dengan manifestasikemurnian gerakan seorangkader ikatan, kemudian
terarah pada kembali pada khittah
perjuangan dan muruah IMM. Ini yang
menjadi perhatian penulis kali ini. Bukan bermaksud meng-klaim atau mem-vonis
spirit gerakan IMM. Namun, lebih daripada itu, sebuah solusi purifikasi dengan adanya
pemurnian mengembalikan khittah perjuangan IMM, yang termasuk nilai-nilai IMM,
yang sejatinya kader ikatan yang dimulaidari pembentukkan jati diri kader,
permasalahan, hingga solusi kader IMM dalam bergerak yang menjadi diskursus
yang menarik disetiap bahasannyasebagai langkah konkrit nya. Yang kemudian ini
sebuah konsekuensi logis Kader IMM untuk memahami nya. Agar kader IMM tidak
lepas landas dalam menahkodai kapal nya (dalam bergerak di ikatan).
Dalam
hal ini, penulis berupaya melakukan analisis-interpretasi terkait pengembangan
gagasan, mempertajam daya nalar analasis dalam merespon berbagai persoalan
dalam tubuh kader IMM. Tidak lupa sebuah gagasan, ide ini didasari atas
keresahan dan langkah kontemplatif penulis. Melihat gambaran/perwujudan yang
seharusnya bagaimana kader IMM berjalan sesuai arah gerakan nya. Bukan
mengklaim atau memvonis tetapi lebih pada melacak autentisitas dan substansi
seorang kader IMM dalam menjalankan estafet kepemimpinan termasuk kemurnian
kader IMM (sejatinya kader IMM), setidaknya idealitas, serta substansi dalam
orientasi gerakan nya di IMM. Sebab, seorang kader IMM, tidak cukup untuk
mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, Tri Kompetensi Dasar, Nilai
Dasar Ikatan, Trilogi IMM.
Di
samping hal di atas, watak kader IMM tidak mudah melemparkan atau menuduh
seseorang atau kelompok lain yang berbeda dengan tuduhan sesat, kafir, atau
bid’ah. Kekisruhan, konflik horizontal, saling mengumbar benci disebabkan
perbedaan bukanlah merupakan watak dari pribadi-pribadi kader IMM. Sebagaimana
telah penulis sebutkan sebelumnya bahwa watak Islam yang menekankan kasih
sayang, kesantunan, tawasuth, dan toleransi merupakan landasan dari kepribadian
kader IMM. Hal ini juga selaras dengan hasil ramuan pemikiran di Muktamar
Muhammadiyah yang ke-47 tertuang melalui rekomendasinya menyebutkan
"Akhir-akhir ini energi umat juga tersedot dalam persoalan pertentangan
antara pengikut kelompok Sunni dengan Syiah. Muhammadiyah mengajak umat Islam,
khususnya warga Persyarikatan, untuk bersikap kritis dengan berusaha membendung
perkembangan kelompok takfiri melalui pendekatan dialog, dakwah yang terbuka,
mencerahkan, mencerdaskan, serta interaksi sosial yang santun,"
Maka,
jelas dikatakan Amirullah (2016) dalam bukunya IMM Untuk Kemanusiaan, bahwa saling mengumbar dendam, saling
menghakimi dan melakukan kekerasan antar umat beragama serta inter umat
beragama dengan berbagai tuduhan apapun, baik kafir, sesat, liberal atau saling
menuduh bid’ah antara satu dengan yang lain dengan fanatik buta dan dengan
kekerasan merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan watak dan semangat Islam.
Pandangan-pandangan
seperti ini merupakan corak dari kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian
Muhammadiyah berarti kepribadian IMM juga, kepribadian IMM sesungguhnya adalah
kepribadian setiap kader IMM di manapun berada. Inilah yang secara tegas
penulis katakan di bagian lain buku ini adalah bahwa kesadaran yang mesti kita
bangun sekuat-kuatnya adalah dari kesadaran paradigmatik (mendalami
pemikiran-pemikiran seperti ini secara kuat) hingga pada kesadaran
mengaktualisasikan paradigma ini dalam kehidupan publik. Inilah yang penulis
sebut dari dunia idealitas ke realitas. Paradigma akhlak sebagaimana secara
singkat dijelaskan di atas harus dibumikan, digelorakan, disemarakkan, dan dibudayakan
lewat agenda-agenda perkaderan, kegiatan-kegiatan pelatihan, acara-acara
seminar, dialog-dialog, diskusi-diskusi rutin, dan lain-lainya. (Amirullah,
2016: 250)
IMM
mampu untuk menjalankan hal tersebut dikarenakan memang minimnya semangat berkemajuan
kader, minimnya diskusi-diskusi yang pada akhirnya membuahkan semangat gerakan
ilmu amaliah, amal adalah ilmiah. Sejalan dengan Ahmad Sholeh (2017), “Ini
sebagai wujud tanggungjawab IMM sebagai kader bangsa dan kader umat. Maka,
proses pengamalan gerakan IMM mesti sesuai dengan nilai-nilai dan landasan
perjuangan IMM.” (Sholeh, A, 2017: 87)
Dengan
begitu, cita-cita dan corak gerakan ilmu amaliah, amal adalah ilmiah dapat
tersusun dan teraplikasikan dengan baik. Ini berimplikasi pada mengembalikan autentisitas
(kemurnian) gerakan IMM sebagai organisasi kader Islam yang berlandaskan Al
Qur’an dan Sunnah.
Melacak
Autentisitas &SubstansiKader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran &
Gagasan
“IMM diharapkan mampu menjadi prototipe
gerakan mahasiswa yang ideal. Ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai
gagasan dan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi. Yang
kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan
minim refleksi.”
Ahmad Sholeh – IMM Autentik (2017)
Melihat
pandangan IMMawan Sholeh, seakan menjadi tamparan keras bagi tubuh ikatan.
Persoalan kaderisasi, hingga pada gerakan nya. Menjadi perhatian untuk semua
kader IMM. Sholeh (2017) menawarkan dengan Autentisitas (kemurnian) dan
substansi gerakan IMM. Yang tentunya perlu digali dan dipahami untuk kemudian
dihayati dan dijadikan landasan bergerak. Kesadaran yang dipupuk dikalangan
kader IMM perlu digelorakkan, sehingga upaya-upaya kolaboratif, partisipatif
akan terlihat dan secara langsung seperti magnet yang menempel dan menarik
besi, dimaksudkan kader-kader IMM akan ikut dalam memasifkan pergerakan dalam
tubuh ikatan. Yang penulis maknai sebagai, “Kesadaran individu, yang kemudian
menjadi kesadaran kolektif.”
Sejatinya
di dalam Anggaran Dasar sudah sewajarnya sebagai kader IMM secara langsung
untuk mengaplikasikan tujuan tersebut dalam sebuah program yang berorientasi
pada Amar ma’ruf nahi munkar. Selaras dengan itu, “IMM pada masa sekarang
dihadapkan pada persoalan kebangsaan yang semakin tidak kondusif”, (Qorib, M,
et al, 2015: 19). Artinya bahwa persoalan demi persoalan hingga kini yakni pada
persoalan kebangsaan menyangkut pemahaman kader-kader IMM pada kepekaan sosial
kemasyarakatan, juga dilandasi oleh ideologis IMM yang kuat dari para kader IMM
itu sendiri. Perlunya pemahaman-pemahaman dari seorang kader IMM untuk
menjalankan estafet kepemimpinan selanjutnya.
Melihat
realitas hingga kini, kajian/diskusi tentang ideologi khususnya dalam gerakan ikatan
masih terbilangsepi. Tradisi intelektual yang minim dikalangan tubuh ikatan
menjadikan kering intelektualitas seorang kader.Padahal, Ahmad Sholeh di dalam
bukunyaIMM Autentik (2017)
mengatakan, IMM mampu menghasilkan ‘sesuatu’ alias produk intelektualnya.Maka,
agenda-agenda mengaksikan slogan IMM adalah sebuah konsekuensi logis untuk
mewujudkan cita-cita besar IMM.
Oleh
karena itu, identitas ideologi IMM yang niscaya terefleksikan dalam praksis
gerakan IMM menjadi pondasi nya jaz merah. Dalam tataran konseptual, IMM
memiliki sebuah konsep yang penulis yakini sudah komprehensif. Konsep ideologi
IMM yaitu Trilogi Ikatan yaitu Keagamaan, Kemasyarakatan, Kemahasiswaan dan
juga Tri Komptenesi Dasar yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas
memiliki konsep yang khas dibanding pola gerakan lain. Hal ini sebagai sebuah
respon sosial dan kebangsaan, tidak terlepas jika kita memahami awal
terbentuknya dan sejarah perjuangan, maupun pergerakan IMM. penulis ingin
meyakini IMM dalam rangka mewujudkan eksistensi (keberadaan) sebagai organisasi
kemahasiswaan. Tapi hal ini merupakan faktor penting terhadap eksistensinya IMM
dengan organisasi lain,. Hanya saja, pada saat sekarang penulis dan semua kader
IMM pun sekiranya menyadari bahwa ketiga dasar yaitu Tri Komeptensi Dasar dan
Trilogi Ikatan dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan yang sesungguhnya.
Penulis
mencoba merefleksikan bahwasanya memang lain daerah, lain pula keunggulan dan
permasalahan yang dialami, mulai dari tingkat komisariat sampai tingkat Dewan
Pimpinan Pusat. Jika penulis lihat di dalam tataran komisariat penulis pun
melihat sekiranya pemahaman akan ideologis dan gerakan IMM masih pada tataran
mengetahui dan mengetahui serta menjalankan program kerja-program kerja saja
tanpa adanya output yang nyata,
bahkan berkelanjutan dalam menjalankannya. Output
yang jelas disini yakninya memberikan sumbangsih kepada ummat dalam segi
kebutuhan yang diperlukan. Hanya seolah menjadi Event Organizer dalam sebuah acara-acara saja. Di buktikan kembali,
jika penulis lihat pemahaman tentang ke-IMMan pun seorang kader IMM yang
penulis amati dan pengalaman penulis, masih jauh dalam taraf ia menjadi seorang
kader yang militan, dan loyal terhadap ikatan. Tidak sedikit yang kurang
memahami arti IMM itu sendiri padahal mereka sudah melewati jenajng perkaderan
Darul Arqam Dasar hingga menjadi Pengurus.
Lanjut,
jika kita melihat di beberapa daerah yang diamati oleh penulis ada yang lebih
mengangkat pada pemahaman kader di sisi religiusitas-nya, menekankan penanaman
nilai agama secara mendalam kepada seluruh kader. Adapula yang yang menenaknkan
pada pembangunan dari sisi intelektualitasnya dengan sering mengkaji,
berdiskusi ataupun melakukan bedah buku/film dimaknai dan dikaji dalam
perspektif keilmuan, dan sebagainya sebagai bentuk gerakan secara keilmuan.
Lain halnya, ada fokus pada aksi sosial kemanusiaan dalam penerapan surat Al
Ma’un sebagai ayat perjuangannya, serta Q.S. Ali Imran: 104.s
Dengan
basis kekuatan yang berada di kampus-kampus baik dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah
(PTM) maupun non PTM, menjadikan IMM sebagai organisasi otonom (Ortom)
Muhammadiyah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kader-kader akademis
Muhammadiyah masa depan. Posisi ini diharapkan IMM untuk selalu melakukan
reorientasi dan penajaman visi, misi, peran, agenda, strategi, metode serta
teknik gerakan termasuk pemahaman akan ideologi gerakan IMM. Dalam arti lain,
IMM perlu melakukan penguatan gerakan, baik dari segi pemberian pemahaman
terkait landasan pemikiran maupun program nyata nya.
Menjadi
hal yang fundamental bahwa seseorang dikatakan memiliki loyalitas jika
seseorang tersebut memiliki kepatuhan dan kesetiaan terhadap organisasi. Kader
dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi kader umat, kader
persyarikatan dan kader bangsa. Tentunya kader yang mempunyai bakat dan minat
harus terus diberikan peluang-peluang untuk masuk dalam roda kepemimpinan yang
dimilikinya. Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa, “Seorang kader bukan hanya mampu berbicara lantang di depan umum tetapi
bagaimana ia mampu menjadi seorang pemimpin yang betul-betul mengaplikasikan
apa yang telah keluar dari hati dan perkataannya untuk membuktikan bahwa ia
adalah pemimpin yang sejati yang dicita-citakan oleh Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah”. Seorang pemimpin dituntut untuk cerdas dalam menata pikiran,
cerdas dalam menata mental, cerdas dalam menata fisik, dan bukan hanya itu
seorang kader tentunya juga harus cerdas dalam menata spiritual, intelektual
dan humanitas sebagai Tri Kompetensi Dasar yang ada di dalam gerakan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah.
Ada
sebuah konsep yang penulis maknai sebagai proses pergerakan seorang kader
ikatan, yakni snya sebelum bergerak kita akan melakukan proses berfikir,
setelah berfikir buahkan sebuah konsep. Dari konsep-konsep tersebut akan lahir
sebuah gagasan, dan penambahan cakrawal pemikiran seorang kader sehingga dalam
prakteknya tidak keluar dari tujuan nya. Setelah melakukan proses membuat dan
mematangkan konsep, lalu bergerak. Agar tertata dan tersistematis sebuah gerakan
sehingga memaknai gerakan tidak cukup hanya dengan gerak, gerak dan gerak, atau
berfikir, berfikir dan berfikir saja.
Jika
mendengar sebuah konsep gerakan seorang kader IMM yang menggetarkan,
menggerakkan hati dan jiwa seluruh kader IMM yakni yang dilontarkan oleh Ketua
DPP IMM 2014-2016, Kakanda IMMawan Beni Pramula yaitu, “Gerakan IMM Luruskan
Kiblat Bangsa”. Itulah yang diungkapkan, ada sebuah makna yang sangat mendalam
dari kalimat tersebut yaitu bagaimana selaku kader IMM perlunya memaksimalkan
pemahaman kita, ideologi IMM hingga tataran pergerakan IMM agar jalannya roda
ikatan mberjalan efektif dan produktif sehingga lahirlah sebuah kader yang
militan pun loyal terhadap ikatan. Bagaimana tidak negara ini menjadi negara
yang maju dan berkembang jika di motori dan digerakkan oleh kader generasi
penerus bangsa. “Dengan sepenuh hati dan jiwa menyandang gelar kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah berarti segala perkataan, perbuatan dan kehidupan
sehari-hari haruslah seiring dengan tujuan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
yaitu, mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia demi
mencapai tujuan Muhammadiyah”, (Qorib, M, et al, 2015: 27).
Menjadi
bagian dari IMM, penulis memaknai bahwasanya corak IMM dibarengi juga dengan
pemahaman mendalam dari seorang kader. Bangun pemahaman yang kuat, bangun
kepercayan diri yang kuat, bumikan semangat literasi, bangun jaringan
pertemanan yang luas dengan kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi
yang harmonis dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif,
responsif, progresif, prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai
keunggulan diri yang baik dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern
saat ini, jangan lupakan agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai
ideologi dan gerakan IMM itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi
munkar, dan terakhir, menjunjunng, serta menerapkan “Fastabiqul khairat” yaitu
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Kemudian pada mengaktulisasikan sebuah
janji, sumpah, loyalitas, kekeluargaan akan menjadi bagian dari kehidupan
sebenarnya. Seperti ungkapan Amirullah (2016), ia menjelaskan bahwa, “Memahami
bagaimana perkembangan pemikiran yang terjadi di dalam IMM, kematangan
perjuangan IMM serta sikap kritis IMM yang selalu berusaha untuk mencari solusi
terhadap problem-problem yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
senantiasa berdiri paling depan untuk melawan setiap bentuk kezholiman, bahkan
tidak segan-segan untuk berhadapan secara diametral dengan penguasa, apabila
dirasakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh penguasa tersebut tidak
lagi sesuai dengan kepentingan rakyat. Kepada seluruh anggota, kader dan
pimpinan IMM, kobarkan terus perjuangan humanisme-mu. Percayalah, “no
sacrifies is wasted” tidak ada
pengorbanan yang sia-sia.” (Amirullah, 2016: 15-16).
Disini
dapat dipaparkan bahwasanya membubuhkan tentang ide dan gagasan bagaimana
seharusnya kader-kader IMM memaksimalkan perannya di tengah-tengah dinamika
kebangsaan yang demikian kompleks dewasa ini, namun juga menawarkan
solusi-solusi segar untuk kemajuan gerakan IMM di masa depan. Selain mengajak
untuk lebih memperdalam pengetahuan atau wawasan, terutama bagi mereka yang
saat ini masih berjibaku sebagai aktivis gerakan Mahasiswa atau kepemudaan.
Jika
kita renungi dan pahami lebih mendalam dan dalam tataran makro cakupan nya
seorang kader IMM pun juga sebagai penerus generasi bangsa yang cerah dan
menjadikan bumi Indonesia ini berdaulat, seperti pada ungkapan Kakanda IMMawan
Beni Pramula dalam buku Amirullah (2016), yaitu:
“Masa
depan sebuah Bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya, agar
dapat menjawab tantangan kebangsaan khususnya di abad ke 21. Etos kerja yang
tinggi, sumberdaya diri yang mumpuni, cakrawala pandang yang luas tentang
dinamika lingkungan strategis global, regional, dan nasional harus dimiliki
oleh generasi muda penerus bangsa, bahwa sesungguhnya kompleksitas dan
persaingan yang serba kompetitif dalam abad 21 menuntut IMM, sebagai organisasi
kemahasiswaan terbesar di Indonesia, untuk dapat cepat beradaptasi dengan
meningkatkan kualitas diri, produktifitas nilai-nilai religiusitas dan
aktualisasi keilmuan. Oleh karena itu, IMM harus mampu merebut tantangan
tersebut menjadi peluang untuk maju dalam rangka pengenjawantahan misi dakwah
Muhammadiyah.” (Amirullah,
2016: 11-12)
Maka,
jelas dapat esensi seorang kader, lebih jauh kader bangsa. Seorang kader yang
mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan memiliki loyalitas yang tinggi di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent
of change atau pembawa perubahan dan juga harus mampu menjadi lokomotif of change atau penggerak
perubahan. Seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan
perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Ini sebagai upaya memperluas ekspansi dakwah, dibutuhkan
seorang kader. Selain itu, kader-kader IMM ini sebagai penerus estafet
kepemimpinan selainjutkan didalam internal IMM dari Komisariat-tingkat
tertinggi DPP bahkan kedepannya kader IMM tidak menutupkemungkinan untuk
mengisi garda-grada kepemimpinan dalam kabinet dan sistem pemerintahan di
Indonesia karena kader IMM juga diharapkan menjadi kader bangsa yang
menjungjung nilai-nilai nasionalisme. Korelasi dari tujuan diadakannya
perkaderan dengan gerakan akan membentuk kader IMM ini dapat mengerti, memahami
dan mengaplikasikan pemahaman-pemahaman IMM dari kulit luar hingga mendalam
seperti pemahaman akan ideologi, Trilogi, Tri Kompetensi Dasar IMM, Nilai Dasar
Ikatan dalam menjalani perjuangan di IMM. Tujuan perkaderan itu melahirkan
kader yang mana dapat melanjutkan gerakan IMM selanjutnya, tak lepas dari
tujuan IMM tersebut yakni “Mengusahakan terbentuknya akademis Islam sesuai
dengan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah” dan juga tidak terlepas dari
nilai-nilai ideologi dan gerakan IMM. Pencapaian seorang kader yang loyal,
militan dilandasi oleh dasar pemikiran dari kader tersebut, apakah ia mau
bergerak maju/stuck di tengah jalan. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik
dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa pelunya disinergikan dengan diri nya sendiri maka
dari itu, perlunya proses perkaderan yang matang, sesuai dengan konsep alias
tidak terlepas dari Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM, Nilai Dasar Ikatan, Tri
Kompetensi Dasar IMM, juga didasari oleh Tanfidz IMM. Sehingga, dalam
pencapainnya seorang kader dapat menumbuhkan dan mengaplikasikan jiwa kritis,
aktif, interaktif, responsif, prestatif dalam dan untuk ikatan, persyarikatan,
bangsa dan negara.
Jika
mengulik sejarah IMM, pada pertemuan awal pembentukan IMM yang dilakukan di
rumah Djazman Al Kindi bersama para sahabat dan tokoh-tokoh pendiri IMM.
Berbicara perihal pembentukkan organisasi IMM. Bung Kindi menjelaskan,
“...
nama organisasi itu nanti adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah – IMM. Toejoean
kita bentoek IMM adalah upaya kita pelihara hoeboengan silatoerrahim dan kasih sajang antar
mahasiswa dan keloearga Muhammadiyah, maka saat penerimaan mahasiswa baroe
nanti diseloeroeh pergoeroean tinggi jang kita miliki haroes laksanakan “Masa
Kasih Sadjang” itu. Begitu Bung Kindi memulai dan membuka cakrawala pemikiran
kepada para sahabatnya dalam pertemuan itu. Lanjut, “mengapa haroes “masa kasih
sadjang’ pak Jazman, salasatu peserta Muhammad Musa bertanya dengan sigap dan
tepat. Kemudian Bung Kindi melanjutkan pembicaraan dan sekaligus memberikan
jawaban kepada Muhammad Musa “begini!!!,, kenapa harus “masa kasing sadjang” ?
karena pada proses inilah kita semua bisa menanam doktrin bahwa Islam itu agama
damai, sejoek dan tenterem. Sehingga nanti mahasiswa kita tidak moedah
dipengaruhi oleh ideologi komunisme yang berpaham materialisme, pencipta teori
ini “Karl Marx”. Kita haroes bisa lindoengi anak-anak mahasiswa kita dari
pengaruh mereka karena sangat berbahaya bagi Negara dan bangsa”. Itulah jawaban
Bung Kindi kepada Muhammad Musa waktu itu. (Tarano, Rusdianto S, 2016: 24-25)
Mari
kita melihat betapa dalam nya dan kritis nya founding fathers IMM yang telah merumuskan sebegitu dalam nya
nilai-nilai ikatan dan bagaimana kelanjutan IMM pada saat itu sekarang dan
tantangannya untuk masa depan. Diharapkan mahasiswa yang menjadi kader IMM
tersebut memiliki tingkat pemahaman yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
kepada sesama. Drasa kasing sayang akan menimbulkan sebuah harmonisasi
kehidupan yang baik diwujudkan dengan amar ma’ruf nahi munkar, sehingga
kader-kader IMM ini mempunyai kepribadian yang baik dan mulia. Disamping,
memiliki tanggungjawab akademik, juga memiliki tanggungjawab sosial dimasyarakat
dan secara universal di tingkat nasional.
Lanjut,
tidak hanya kader IMM bebenah diri untuk menjalankan tampuk pimpinan
selanjutnya, namun untuk membina potensi dan kemampuannya untuk menjadi kader
bangsa yang sejati. Jika kita pahami lebih mendalam, mengingat historis yang
sangat penting dalam bagaimana kelanjutan IMM yakni seperti pada sela-sela
pertemuan Djazman Al Kindi dengan sahabat dalam pembentukkan IMM dirumah
beliau, kemudian Mursalin Dahlan ikut bertanya “kapan pak Djazman haroes
berkumpul kembali oentoek nyatakan satoe pendapat agar organisasi IMM ini bisa
kita siarkan ke seloeroeh noesantara dan kepala-kepala sekolah maoepoen
pergoeroean tinggi Moehammadijah se-Indonesia”. “Sebaiknya kita berkumpul
sesegera moengkin, karena tidaklah dapat di poengkiri kalau IMM dibangkitkan
oentoek menghimpoen, menggerakkan, membina potensi mahasiswa oentoek
menoemboehkan kesadaran dan tanggoengjawabnja sebagai kader Moehammadiijah,
kader oemat, kader bangsa. Kader jang ber-fastabiqoel
khaerat dalam meningkatkan pemikiran ilmoe oentoek dijadikan dasar amaliah.
Sekaligoes sebagai kader beramal ilmiah”. Jawaban Djazman Al Kindi sebagai
pendiri (founding father) IMM sangat
cerdas dan membuat para peserta pertemuan yang hadir pada waktu itu terpana
dengan penjelasan bung Kindi. (Tarano, Rusdianto S, 2016: 25-26)
Begitu,
IMM dari masa ke masa, yang mana sebagai kader IMM perlu tahu akan sejarha IMM,
bagaimana kondisi pada saat itu, dan mencoba merefleksikan itu pada masa
sekarang dan bebenah untuk masa depan IMM dengan kata lain, memahami historis
adalah jembatan kita untuk mengetahui IMM lebih dalam lagi. Semakin dalam kita
mengetahui, makan semakin memahami Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lebih jauh
lagi. Jadilah kader IMM yang menjunjung nilai-nilai ideologi dan gerakan IMM
sehingga militansi dan loyalitas kade bisa terlihat nyata dan dapat mewujudkan
tujuan IMM mencakup tujuan para pendiri IMM dengan tepat. Terakhir, penulis
mengutip perkataan kakanda IMMawan Beni Pramula dalam Amirullah (2016), “....
bergerak aktual menjawab, mengisi dan berperan menghadapi tantangan zaman.
“Sejarah adalah apa yang kita tulis hari ini untuk generasi mendatang.
Menulisnya dengan tinta emas atau catatan kelam”. Demi IMM, demi masa depan
yang lebih cerah. Bangun pemahaman yang kuat, bangun kepercayan diri yang kuat,
bumikan semangat literasi, bangun jaringan pertemanan yang luas dengan
kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi yang harmonis dan tingkatkan
ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif, responsif, progresif,
prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai keunggulan diri yang baik
dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern saat ini, jangan lupakan
agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai ideologi dan gerakan IMM
itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi munkar, marilah kita
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Semangat tajid IMM, dan kemurnian dalam
ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan. Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017),
“Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi
gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
dalam IMM Autentik (2017) menegaskan
bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka
yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh, A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan
penegasan dari Pak Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan
refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas
menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis
mengkolaborasikan ide-ide, gagasan Amirullah & Ahmad Sholeh terkait
bagaimana kepekaan seorang kader yang disuguhkan pada tradisi jangka pendek,
yang kemudian terefleksikan dengan semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi
dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan
cita-cita luhur K.H. Ahmad DahlanDengan adnaya mengembalikan khittah perjuangan
IMM didasari nilai-nilai tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam
melandasi kader IMM dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan
nafas kader IMM dalam bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).
Menafsirkan
Tri Kompetensi Dasar (TKD) IMM yakni Religiusitas, Intelektualitas dan
Humanitas. Penulis memaknai ini sebagai landasan dasar IMM untuk bergerak
kedepannya. Romantisme seorang
penggerak pembawa perubahan dengan berjaz merah, dan memiliki predikat kader
dan pengurus IMM ini menjadikan pribadi kader yang anggun dalam moral, unggul
dalam intelektualitas akan tetapi tidak berhenti pada intelektualitas saja,
IMMawan dan IMMawati pun pada hakikatnya harus memiliki kepribadian yang
religius, intelektual dan humanis. Porsi tersebut jika dilaksanakan akan
menjadi suatu dorongan terhadap diri IMMawan dan IMMawati dalam menggerakan
roda ikatan. Basis dakwah yang di munculkan oleh Muhammadiyah dan turunnya pada
IMM ini menjadikan suatu landasan yang benar-benar konkrit dan perlu dikaji dan
dipahami secara komprehensif oleh diri seorang IMMawan dan IMMawati agar
pencapaian dapat nyata dan berjalan semestinya.
Mari
refleksikan romantisme gelar IMMawan
dan IMMawati dalam melakukan dakwah dengan segundang aktivitas ke IMM-an.
Diharapkan pada IMMawan yang berani, membawa perubahan, gagah, serta IMMawati
yang anggun serta berbusana muslimah yang sama-sama bersinergi IMMawan dan
IMMawati dalam menjalankan aktivitas nya sebagai wujud loyalitas terhadap IMM.
Namun dapat dibuktikan, IMMawan dan IMMawati tidak hanya berkapasitas ikatan saja,
melainkan di isi dengan bubuhan intelektualitas akademik. Dalam akademik, kader
IMM sejatinya menjalankan akademik dengan baik karena jangan lupa IMM adalah
organisasi kemahasiswaan. Maka, jelas sangat di sayangkan dan sangat rugi kita
seseorang yang “berjaz merah” yang
memiliki makna dan arti yang kuat dengan gelar “IMMawan dan IMMawati” serta mempunyai motto “Fastabiqul Khairat” tidak
dapat menyeimbangan dan melaraskan kegiatan akademik dengan organisasinya.
Sejalan dengan itu, dengan di buktikannya sebuah prestasi di sisi
intelektualitas akademiknya yaitu pada Indeks Prestasi (IP) yang baik dan juga
prestasi dalam bentuk motivasi, inovasi dan menjalankan amanah IMM dengan baik.
Penulis
menyampaikan seorang IMMawan dan IMMawati yang memiliki kapasitas diri yang
baik, terstruktur, dan mempunyai orientasi dan pandangan yang baik pula.
Tentunya sebagai kader IMM sendiri ingin membuktikan bahwa seseorang yang
spesial dengan gelar IMMawan dan IMMawati ini adalah orang-orang yang memiliki
jiwa religiutas, intelektualitas, dan humanitas yang tinggi dan baik.Untuk
itulah pembelajaran dengan hikmat, dan berproses menjadi sebuah parameter untuk
bergerak melesat. Perbaikan diri, kualitas diri keimanan, hingga ke arah
kemanusiaan universal menjadi pokok tujuannya. Menurut Abdul Munir Mulkhan
dalam Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan (2015)
yakni “...semua orang harus memiliki dan terus mengembangkan etos pendidikan
dan belajar dengan cara menjadikan dirinya sebagai murid dan guru.” (Mulkhan,
Abdul Munir, 2015: 111)
Disini
sebagai kader IMM perlu refleksi bersama bahwa pembelajaran tidak hanya saat
perkaderan saja, setelah itu lepas. Melainkan, dalam menjalani aktivitas
ber-IMM hingga secara lebih luas kepada masyarakat. Kemudian, Abdul Munir
Mulkhan melanjutkan, saat seseorang menjadi murid ia belajar dan menjadikan
seluruh kegiatan hidupnya sebagai aktivitas belajar pada semua orang dalam tiap
kesempatan. Ketika seseorang menjadi guru ia mengajar dan menyebar ilmu yang ia
miliki pada siapa saja dalam kesempatan apa saja. Disini, sebuah konsep K.H.
Ahmad Dahlan tentang pembelajaran ayng dijelaskan oleh Abdul Munir Mulkhan
(2015) menjadi sebuah catatan refleksi untuk kita sebagai kader IMM. Ilmu,
pegetahuan, semua itu fundamental yang mana menjadi tonggak usaha dalam bergerak.
Pergerakan tanpa dilandasi pembelajaran, akan hampa. Jadilah, gelas yang kosong
yang diisi air tidak penuh. Jika disaat gelas itu penuh, tuangkanlah air
tersebut ke gelas yang lainnya agar dapat terisi juga gelasnya, dan teruslah
berbagi air tersebut ke gelas yang lainnya.
Setelah
melalui proses yang harmonis dan terstruktur inilah yang membuat kita
berpandangan dan memaknai sebuah masukan itu baik dan perlu gerakan perubahan
dalam ber- IMM. Bagaimana seorang kader mengetahui, memahami/memaknai dan
hingga pada tataran implementasi pandangan/ideologi dan gerakan IMM,
salahsatunya di tentukan oleh bagaimana bertutur kata, bagaimana di lingkungan
sekitarnya dan bagaimana kita bergaul dengan orang lain. Ini yang harus di
tanamkan dan diperhatikan dalam diri seorang kader dan harus ada konsistensi
dalam menjalani ikatan sebagai bentuk loyalitas dan kontribusi di Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Tidak lupa untuk menumbuhkan sifat tanggungjawab
terhadap diri sendiri dan tanggungjawab terhadap ikatan. Secara tidak langsung,
kader akan merasa bahwa dia bermakna dan keberadaannya ada/diakui serta
memiliki tanggungjawab yaitu berkontribusi dalam ikatan, dan bangsa, serta
kader menjadi percaya diri dan memberikan sifat, sikap contoh yang baik kepada
teman-teman seperjuangannya dalam ikatan organisasi maupun lingkup luar
organisasinya dan memberikan dampak positif terhadap sekitar. Pelajaran yang
sangat berharga sekali buat penulis dan teman-teman se-ikatan.
Demikian
sebuah refleksi, dan upaya penulis sebagai kader IMM umum nya untuk seluruh
kader IMM di Indonesia. Jayalah IMM. Jaya abadi melimpahi perjuangan kami. Mengingat
epsan KH. Ahmad Dahlan yaitu:
“Hidup-hidupilah
Muhammadiyah, tapi jangan mencari hidup di Muhammadiyah, jika sudah sukses di
masa depan dengan segala aktivitas dan kesuksesaannya tersebut kembalilah
kepada Muhammadiyah.”
Tetap
teguh dalam keyakinan untuk tetap berproses dan berjuang di Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Kader IMM akan terwujud
loyal dan militan manakala terus menggali dan menggali dan memahami arti,
makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan perjalanan
yang dijalani di IMM yakinlah bahwa dengan penuh doa iman kita akan selalu
diselimuti oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Semoga kader IMM sesuai
sejatinya seorang kader IMM lalu dengan begitu, sehingga tercipta akademisi
Islam yang berakhlak mulai sesuai dengan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah.
Terakhir, IMM sebagai gerakan intelektual, kader muda Muhammadiyah, dan kader
bangsa. Kendati demikian, sebagai manifestasi kader IMM dalam bergerak, dan
mampu mengamalkan nya dalam kehidupan sehari-hari.
“Jika kamu cinta terhadap IMM. Kamu
harus tahu arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.”
IMMawan Nur Muhammad Majid Usrial
Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan
Periode 2015-2016
Salam Ikatan,
IMM Jaya!
Billahi
fi sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Daftar
Pustaka
Buku:
Amirullah. 2016. IMM
Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia
Mulkhan, Abdul Munir. 2015. Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan. Jakarta: Global Base Review
& STIEAD Press
Qorib, M, Yofiendi Indah, Zailani, et al. 2015. Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM
UMSU. Jakarta: Global Base Review
Sholeh, A. 2017. IMM
Autentik: Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Surabaya: PUSTAKA SAGA
Tarano, Rusdianto S, Muliansyah A.W. 2016. IMMawan Bung Karno: Novel Gerakan Kaum Merah
dan Tanwir Perubahan. Jakarta: Global Base Review
Media
Online: