Minggu, 28 Oktober 2018

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda Medkom PK IMM FISIP UHAMKA Membuat Majalah Dinding Kampus


Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda
Medkom PK IMM FISIP UHAMKA Membuat Majalah Dinding Kampus
Oleh Zury Muliandari - 28 Oktober 2018


"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia," Soekarno (Bung Karno)


Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda oleh segenap bangsa Indonesia. Momentum ini pula tidak terlewatkan dari kepekaan Bidang Media dan Komunikasi PK IMM FISIP UHAMKA, yang memiliki peran dan kewajiban untuk senantiasa menginformasikan pengetahuan yang menarik serta edukatif bagi khalayak.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya sejak tanggal 23 sampai 25 Oktober 2018 Medkom telah mempersiapkan Mading yang menampilkan potret informasi terkait Hari Sumpah Pemuda. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan rasa nasionalisme serta patriotisme di kalangan mahasiswa, khususnya kader IMM sendiri agar mampu menyelami makna dari setiap aksara yang tertuang dalam sumpah pemuda.


Selain memuat beberapa informasi yang relevan, informasi tersebut juga dikemas dengan bentuk berupa desain kreatif, agar dapat menarik minat mahasiswa untuk lebih mudah membaca serta menyerap informasi yang tersedia. Desain yang dibuat lalu ditempelkan pada potongan gambar peta Indonesia yang telah ditemepel pada mading. Penggunaan latar peta Indonesia menegaskan keberagaman yang terdapat pada nilai historis sumpah pemuda.

MEDKOM PK IMM FISIP UHAMKA juga menyertakan struktur organisasi IMM sebagai bentuk peran pemuda khususnya mahasiswa dalam mengisi kemerdekaan. Diharapkan pula, seluruh mahasiswa FISIP UHAMKA dapat mengenal lebih dekat dengan kepengurusan periode yang baru, untuk memudahkan terjalinnya kerja sama yang efektif antar kader dan mahasiswa.


Jadi, udah penasaran dengan madingnya? Yuk, mampir di mading PK IMM FISIP UHAMKA di lantai 5 gedung Kampus A UHAMKA Limau. Jangan lupa juga, dibaca yaa sumpah pemudanya...

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”


Selamat Hari Sumpah Pemuda Teman-teman semua :)
Dan sekali lagi PK IMM FISIP UHAMKAmengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda kepada seluruh generasi di tanah air. Semoga pemuda Indonesia dapat menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi problematika bangsa serta mampu bahu-membahu mewujudkan perubahan yang berkemajuan di masa depan. Aamiin

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata ,

والشباب في أي أمة من الأمم ، هم العمود الفقري الذي يشكل عنصر الحركة والحيوية إذ لديهم الطاقة المنتجة ، والعطاء المتجدد ، ولم تنهض أمة من الأمم غالبا إلا على أكتاف شبابها الواعي وحماسته المتجددة .

“Para pemuda pada setiap umat manapun, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Pemuda mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Tidak akan bangkit suatu umat umumnya kecuali ada di pundak [ada kepedulian dan sumbangsih, pent] para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora.”










Kamis, 20 September 2018

 KECANDUAN GADGET, LUPA IBADAH

Oleh: Diana Islami Edi


Astagfirullah al'adzim,,,
Sadar gak sih temen-temen ?
Kita tuh sering lupa, berapa banyak waktu yang udah kita buang-buang tanpa beribadah sama Allah.Buang buang waktu tanpa beribadah sama Allah sama aja lupa ibadah. Yah alasannya apa lagi kalau bukan  Kita sering kecanduan gadget, sekalinya main gak mau berenti. Sampe-sampe kadang waktu main kita lebih banyak daripada waktu kita beribadah sama Allah. .
.
.
Padahal nih yaa, kalo kita bisa manfaatin penggunaan gadget kita untuk yang penting dan bermanfaat aja, otomatis kita gak akan pernah ngerasain waktu yang kita punya berlalu sia-sia begitu aja, apalagi kalo pahala sampe ga dapet ketika kita banyak mainin gadget ini. Kan rugi banget ya guys...
.
.
.
So guys, makanya itu... Yuk kita batasi diri kita untuk main gadget ini, jangan sampai gadget ini malah menyita waktu kita dalam aktifitas yg sia2 dan gak bermanfaat sedangkan masih banyak ibadah dan aktifitas yg bermanfaat lainnya yang bisa kita lakukan😊 Yang insya Allah kelak bisa mendatangkan pahala untuk diri kita sendiri😊
.
.
.
Pokoknya, Jangan sampai kita dikuasai oleh gadget kita sendiri yaaa😊 Yang ada seharusnya kita yg menguasai gadget yg kita gunakan itu😊

Sabtu, 15 September 2018

Save Me | Cerpen IMM


“Save  Me”
By : Zury M


Immawan..
dan Immawati…
Siswa teladan, putra harapan
Penyambung hidup generasi

...

Aku memutar nyanyian itu sekali lagi. Tidak, tidak seutuhnya. Aku hanya selalu terhenti pada bait yang ini saja;

Immawan..
dan
Immawati…
Siswa teladan, putra harapan
Penyambung hidup generasi ....

Lagi, aku mengulangnya. Mendengar lirik yang sama, memaknai pesan yang juga sama. Tetapi, kali ini dengan debar yang berbeda.

Ada gelisah dan sepasang resah yang memainkan tarian air mata hingga membentuk sungai kecil di wajah pucatku yang basah. Serta ada pula rindu yang seketika memaki ingatanku, dengan teramat marah.

****

(Satu tahun yang lalu)

Aku selalu suka berdiri di depan dinding kaca Uhamka lantai 5, sambil menyaksikan pola tak teratur dari bangunan rumah-rumah Jakarta serta menerka tingginya gedung-gedung yang memperlihatkan keangkuhannya.

Kala itu langit Kebayoran tak seramah biasanya. Awannya sendu, anginnya pun lesu. Semesta seperti ikut berkabung atas pilihanku memakamkan kenangan 4 semester di kampus ini.

Hingga sebuah teriakan yang kutahu berasal dari koridor FISIP terdengar sangat nyaring dan membuyarkan segala heningku.

"NAURAAAAAA."

"Apaaa, Bellaaa? Kurang kenceng lo treaknya." Timpalku setelah gadis itu memanggilku dengan teriakan sadis.

"Lo ikut SBMPTN lagi ya Raa? Ko ngga bilang-bilang gue sih."

"Iya Bel, alhamdulillah ketrima di Bandung." Jelasku singkat

"Nauraaaaa, sukses di sana!!" Seru perempuan shalihah tersebut seraya memelukku. Lagi-lagi air mataku membulatkan bekasnya di hijab Bella,  sahabat hijrah terbaik yang pasti akan sangat kurindukan nanti.

***

"Ra, kamu beneran udah yakin sama keputusanmu?" Lelaki itu menatapku penuh tanya.

"Udah kok, aku udah yakin banget Ta." Tegasku.

"Tapi kamu ngga punya keluarga loh di sana. Nanti kalo kenapa-kenapa gimana ngga ada yang urus? Kamu kan sering sakit, Ra."

Aku mengerti lelaki ini memang sangat mencemaskanku.

"Udahlah Ta, kamu harus percaya kalau Allah selalu jagain aku, dimanapun aku nanti." 

"Hm, iya Ra. Aku percaya, Allah pasti selalu jagain kamu." 

"Tapi kamu juga harus tetep jagain aku ya Ta, di ujung sajadahmu aja cukup." Ucapku setengah memohon.

"Iya, Naura." Putra mengakhiri keraguannya dengan sebentuk senyum kecil yang melengkung manis.

***

Uhamka adalah kampus yang mempertemukanku dengan seorang pria bernama Putra, serta organisasinya (IMM). Organisasi yang memberiku napas untuk merasakan ruang hidup kembali, memberiku kesempatan mengenal orang-orang hebat yang kaya inspirasi.

IMM adalah catatan kisah tentang bagaimana sebuah pergerakan islam mampu mencerahkan pikiran hingga melukiskan semangat perubahan, untukku.

***

Rasanya lidahku sedikit kelu saat pura-pura menyakinkan Putra bahwa rencana kepindahan ini akan membuat semuanya tetap baik-baik saja. Padahal bagaimana bisa sebuah kepergian tidak menyedihkan. Apapun bentuknya, kehilangan tetaplah menyakitkan.

Tetapi bertahan di Jakarta dengan setiap harinya harus menonton kehancuran keluarga juga semakin membuatku jera. Muak, dengan perangai buruk orangtua yang tak reda-reda. Terlebih mereka tak pernah mau berbaik hati dengan perubahanku yang sekarang. 

Ibu selalu menatap sinis saat menemuiku pulang kuliah mengenakan gamis. Bapak, selalu terganggu telinganya saat mendengar lantunan ayat suci al-qur'an ku dengungkan setiap malam. 

Syukurnya Allah menghadiahkanku seorang sahabat seperti Putra, yang selalu menguatkan langkahku dalam takwa. 

Terimakasih luka, terimakasih cinta. Sungguh, kalian menjadikanku dewasa.

***

Garis waktu melaju cepat, tak terasa Bandung telah menjadi rumah baruku di bulan ke empat. 

Tak banyak kegiatan yang kulakukan di sini. Berbeda saat di Uhamka yang selalu disibukkan dengan berbagai rapat dan kajian IMM, di sini aku memilih menjadi kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) yang memberiku banyak waktu luang. 

Di satu sisi aku senang, sebab Bandung jauh membuatku lebih tenang. Tak ada lagi drama keluarga yang membuatku stress setiap hari. Tak ada lagi bising suara pecahan perabot seperti yang dilakukan oleh Bapak dulu, juga lontaran amarah yang sering Ibu tumpahkan padaku.

Tapi di sisi lain ...

***

"Kla, jadi mau ngerjain tugasnya dimana nih?" Aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Klara, satu-satunya teman baru yang dekat denganku di sini.Aku tak langsung menutup handphoneku, sengaja kuscroll daftar pesan masuk. Aku tak menemukan pesan dari Ibu atau Bapak di sana. Bahkan sebuah misscall pun, tidak. Mereka belum merindukanku rupanya.

Ah, dengan cepat aku menepis prasangka-prasangka buruk itu. Kali ini aku tak ingin menangis, aku tak ingin menyalahkan ketidakpedulian mereka terhadapku, mungkin Ibu dan Bapakku memang sesibuk itu.

Aku kembali meletakkan handphone ini di atas meja belajar dan ingin segera menemui sholat ashar.Namun sebelum sempat aku memutar balikkan badanku, tiba-tiba ada notifikasi yang muncul dari layar sana.

A message from Putra:

Assalamualaikum, Ra. Apa kabar? Maag kamu belum kambuh kan di sana? Sehat-sehat ya, Ra. Maaf jarang mengabarimu, akhir-akhir ini IMM sedang banyak sekali kegiatan. Ohiya Ra, sekarang aku dipilih menjadi ketua umum di organisasi ini. Doakan aku ya Ra, agar aku bisa amanah dengan tanggungjawab ini. Doa terbaikku juga selalu mengaminkan namamu.

Aku tak membalas pesan itu, kuraih mukenaku dan langsung memilih untuk berdiri tegak menjemput sajadah yang sudah berteriak bisu.

Aku tak mengira akan tetap menjatuhkan air mata ketika usai salam kedua. Perasaan-perasaan yang entah namanya itu tumpah dalam sekuntum doa di sore ini. Dadaku sesak sekali saat menyadari orang-orang yang kucintai mulai larut dengan dunianya sendiri. 

Aku sangat terbiasa diabaikan oleh orangtua, tapi perih rasanya ketika sahabat yang sebenarnya kucintai itu juga pelan-pelan mulai jauh dari keseharianku, mulai pudar perhatiannya padaku. Ah, lemah. Padahal aku yang memilih pergi, tapi mengapa aku seolah selalu terjebak pada memori dengan pria itu kembali.

Handphoneku kembali berdering, sejenak menghentikan segala belenggu kesepian yang memenjaraku sekarang.

A message from Klara

Ra, nugasnya ntar malem aja atuh ya. Di kosan Klara aja ngerjainnya, abis isya.

Oke. Ketikku singkat membalas pesan Klara.

***

Satu minggu setelah mengerjakan tugas di kosan Klara, aku makin lengket dengannya, seperti sepasang adik-kakak yang kompak. Semakin sering, aku menghabiskan waktu bersama perempuan asli sunda yang berwajah putih bersih dengan postur tubuh ideal itu. Hingga tanpa kusadari Klara berhasil membuatku lupa dengan segala luka dan cinta di langit Jakarta.

Namun, seperti ada yang hilang dariku. Kedekatanku dengan Klara tak ayal justru menjauhkanku, dari Allah.

"Ntar malem ke kosan gue ya, Ra. Tapi gausah pake kerudunglah sekali-kali, gapapa. Anak-anak sekalian pada mau party." Cetus Klara enteng sambil menyesap batang rokoknya yang ketiga.

Aku terdiam.
Aku berkelahi dengan diriku.
Bagaimana bisa aku bersahabat dengan gadis ini? Ya, memang awalnya aku mendekatinya karena miris melihat pergaulan Klara yang teramat rusak. Ingin sekali rasanya aku menjadi lentera dakwah untuknya. Dia satu-satunya temanku di sini, tak mungkin aku menjauhinya. Aku harus merangkulnya.

"Duh ntar malem gue mau istirahat aja, Kla. Lagi nggaenak badan nih." Jawabku sambil mengurut-urut kepala yang padahal tidak sakit.

"Halah, klasik." Cetusnya

"Yaudahlah Ra. Lo emang ngga bener-bener pengen jadi temen gue. Lo boong sama gue, katanya lo selalu mau nurutin kemauan gue karena lo tau rasanya diancurin sama keluarga. Lo sama aja kaya mereka, kuno!"

Belum sempat aku mengeluarkan kalimat dari mulutku, Klara sudah enyah dari hadapanku. Dengan cepat ia menyeret langkahnya menjauh dari garis edarku.

Bukan, aku bukan sedih ditinggalkan Klara. Aku sedih tak mampu menjadi penopang kerapuhannya. Tak seharusnya perempuan yang suka menolong dan hobi bersedekah walau enggan sholat itu semakin rusak. Aku gagal, menjadi temannya.

Tak lama, suara adzan menggema dari arah utara tempatku berada. Aku tunduk sejenak, sambil merapalkan tangan lalu memohon agar Allah menjaga keistiqomahanku.

***

Malam ini aku sangat cemas, entah apa yang kucemaskan aku tak mengerti. Mungkin tentang Ibu, Bapak, Putra, atau bahkan .. Aku sedang mencemaskan Klara. 

Lalu saat segala kecemasan ini menari-nari dengan lincahnya di kepalaku, handphone ku berdering dan memperlihatkan sebuah panggilan dari kontak yang kusimpan; ibu.

"Nauraa ini ibu nak. Bapak kamu, hari nikah lagi..."

"Hah?" 

5 bulan aku tak mendengar kabar apapun perihal orangtuaku. Ku kira hubungan mereka mulai membaik, ternyata itu hanyalah angan kosong yang nyatanya berbanding terbalik.

Aku kacau. Aku kacau mendengar tangis ibuku yang meraung-raung di ujung telfonnya.

***

"Nauraaa, dateng juga lo akhirnya kesini." 

Klara menyambut kedatanganku hangat, bahkan aku dipeluk dengan sangat erat. 

Lagi-lagi, Klara membuatku tidak merasa sendirian. Perempuan itu adalah hiburan yang tepat saat keluargaku benar-benar hancur seperti sekarang.

Tapi, ada yang berbeda saat ia memelukku. Klara tak mengusap hijabku, ia langsung bisa menyentuh rambutku.Aku pun tak membulatkan bekas air mata di hijabnya, seperti yang dulu selalu terjadi saat aku memeluk Bella. 

Aku dan Klara sekarang adalah dua perempuan yang sama-sama; rapuh.


Esoknya, aku mendapati sebuah  pesan dari  Putra,

Assalamualaikum, Ra. Tadi malam aku melihat snapgrammu bersama teman-temanmu. Aku tidak mengenal mereka siapa dan tak tahu bagaimana kamu bisa mengenalnya. Ra, tapi sedihnya aku juga tak mengenalmu di sana. Kemana hijabmu, Naura?

Mataku panas, hingga perlahan airnya mengalir deras. 

"Aku bahkan tak mengenal lagi diriku sendiri. Aku buta arah untuk kembali. Bantu aku, Ta. Bantu aku."

Kali ini aku tak bisa tidak membalas pesan  Putra. Aku tahu hanya Putra  yang  bisa  membuatku  menjadi  lebih  baik.

"Naura, aku bukan alasan untukmu kembali menjadi baik. Aku juga tidak bisa membantumu. Tanya dirimu sekali lagi, untuk siapa hidupmu selama ini? Untuk siapa hidupmu esok hari? Kembalilah, karena-Nya. Dan jangan terlambat, Naura."

"Aku memang seharusnya tidak meminta bantuanmu, Ta. Aku lupa kalau kamu sudah terlalu sibuk dengan duniamu yang sekarang. Aku tidak lebih penting kan dari urusan-urusan organisasimu itu? Bye, Ta. Kamu tidak perlu menghubungi aku lagi."

Aku mematikan handphoneku, mencabut kartu simnya lalu melemparnya sejauh mungkin yang ku bisa, aku tak membutuhkan siapapun di sana. Ku kira tak ada yang bisa membuatku lebih tenang, selain Klara. Ya, aku harus segera menemuinya.

Ku seka air mataku sambil menatap lekat-lekat wajahku di cermin yang bisu. Perlahan aku menyisir rambutku yang panjang, ku biarkan ia tergerai dan menyentuh udara di sekelilingnya. Sedikit make up mulai ku usap, dress yang dibelikan Klara beberapa hari yang lalu juga sangat pas kukenakan. Aku yakin Klara akan senang hangout dengan penampilanku yang sekarang.

Beberapa menit kemudian aku tiba di gang kosan Klara, aku tahu dia sudah menungguku untuk pergi hari ini.

Langkahku semakin dekat dengan kosannya, hingga kini aku berada tepat di depan pintu rumah kontrakan bercat putih yang telah kusam itu. Namun, ada sesuatu yang mengganggu penglihatanku. Ada sesuatu, yang membuatku menelan ludah dan terpaku sejenak.

Persis di hadapanku, kosan milik Klara saat ini dipagari garis polisi yang khas dengan warna kuningnya yang kontras.

Tak lama aku tenggelam dalam ketegunanku, seorang ibu paruh baya yang mengenakan daster bunga-bunga sudah berdiri di sebelahku setelah tanpa kusadari ia telah lebih dulu menepuk pundakku.

"Neng temennya si Klara ya?" Ia memulai kalimatnya dengan nada yang sedikit tinggi dan memecah lamunanku.

"Iya bu, saya temen kampusnya. Ibu kenal dengan Klara?"

"Ya kenal atuh neng, saya mah kan tetangganya." Jawab sosok itu cetus

"Kalau saya boleh tau ini kenapa ya bu, kok kosannya Klara disegel gini?" Tanyaku to the point dengan penuh rasa penasaran, berharap wanita itu mengetahui sesuatu.

"Semalem, kosan temenmu ini digebrek polisi. Ketahuan ada pesta narkoba, dan kabarnya si Klara itu pengedar yang udah diburon polisi berbulan-bulan neng." 

"Tadi malam? Jam berapa bu?" Sontak aku kaget, sementara semalam saja aku ada di sini.

"Jam 2an lah neng kira-kira."

Tepat, setengah jam setelah aku pulang.

"Ohh iya makasih ya bu, informasinya."

"Iya sama-sama. Jangan kaget ya neng, hati-hati aja lain kali kalo nyari temen. Kalo bisa ya temenan sama orang yang lurus-lurus ajalah." Tukasnya ringan

Aku hanya terdiam dan membalasnya dengan senyum ketir, rasanya tak mampu berkata apapun.Aku berbalik arah dan kembali menuju kosanku, meninggalkan tempat yang kupijaki saat ini dengan perasaan tak karuan.Di sepanjang jalan tak henti-hentinya bulir air dari pelipis mataku berjatuhan. Aku mengingat satu-persatu hal yang sejauh ini telah kulewatkan. Sekarang Klara harus mendekam di penjara. Tak ada lagi yang menemaniku di sini. Hingga yang terlambat kusesali, aku bahkan telah memutuskan hubunganku dengan Putra sekaligus mengabaikan persoalan orangtuaku di Jakarta. 

Sebelum sampai di kosanku, langit Kota Bandung menurunkan hujannya hingga tubuhku menggigil kedinginan. Aku kembali menangis saat melihat tubuhku begitu terbuka, bajuku begitu tipis, dan kepalaku kehilangan kerudungnya. Derasnya hujan sore ini benar-benar mengguyurku dengan dosa-dosa yang berjatuhan.

Satu bulan kemudian,

Aku mendapat notifikasi dari direct message di instagramku. Aku tak memikirkan itu dari siapa, langsung saja kubuka pesannya.

Putra.

Aku menghela napasku dalam-dalam, memastikan sekali lagi username yang muncul di layar handphoneku. Ah, ternyata itu benar Putra. 

"Naura, ini kamu? Kamu sudah berhijab lagi Ra? Aku senang sekali melihat snapgrammu yang ini Nauraaa."

Aku tersenyum membaca dm dari Putra.

"Iya, Ta. Doain aku ya Ta, aku ingin istiqomah sekali lagi. Aku tak ingin mengecewakan Allah lagi." 

"Iya, Ra. Aku pasti doain kamu. Ohiya, bulan depan IMM ada seminar tentang hijrah nih. Sini pulang ke Jakarta, aku udah daftarin kamu ke seminarnya." Balasnya cepat.

"Ohiyaa? Siaaaap. In sya Allah bulan depan aku hadir di seminarnya IMM. Tunggu aku pulang ya Ta."

***
Aku  tak  pernah  berpikir sejauh ini.  Bahwa  menjadi baik  bukan  sebab  semata keinginan namun ini adalah  jalan  atas  kewajiban  untuk menyempurnakan  kehidupan. Aku ingat,  Allah selalu  bersama prangka  hamba-Nya.  Maka  sudah  seharusnya aku  menjadi  hamba yang  senantiasa  rindu  akan  cinta-Nya.

END

Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan



Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan 
(Telaah Reflektif dan Implementatif)


Oleh:
Bayujati Prakoso



 



“Kader IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan.”
Amirullah - IMM Untuk Kemanusiaan (2016)
 
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
            Ketika berbicara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tidak lepas dengan upaya Muhammadiyah mewujudkan kader-kader muda nya sebagai kaum intelektual muslim. Diharapkan kader IMM menjadi penerus estafet kepemimpinan dan menjalankan misi dakwah Muhammadiah. IMM harus mencerminkan perilaku yang ingklusif, toleran, santun, damai, penuh kasih, tolong menolong, memiliki moral force, kedalaman Ilmu, dll. Pada prinsipnya, Al-qur’an dan semangat akhlak Nabi merupakan landasan teologis-filosofis-historis-ideologis yang harus secara gigih dipegang kuat oleh kader IMM. Misalkan secara umum dan sangat populer kita kenal seperti kepribadian amanah, jujur, berani menyampaikan dan menegakan kebenaran serta berkepribadian pintar-cerdas. Nilai-nilai seperti ini haruslah benar-benar dikejewantahkan oleh kader IMM di manapun berada.
            Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan (Telaah Reflektif dan Implementatif)terbagi menjadi 2  bahasan: Pertama, tentang Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatan, lalu yang kedua tentang Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran & Gagasan.
Manifestasi Autentik Profil Kader Ikatanadalah sebuahide, wacana dari gagasan-gagasan penulis terkait bagaimana kader dilihat dalam segala aspek. Mewujudkan purifikasi dengan manifestasikemurnian gerakan seorangkader ikatan, kemudian terarah pada kembali pada khittah perjuangan dan muruah IMM. Ini yang menjadi perhatian penulis kali ini. Bukan bermaksud meng-klaim atau mem-vonis spirit gerakan IMM. Namun, lebih daripada itu, sebuah solusi purifikasi dengan adanya pemurnian mengembalikan khittah perjuangan IMM, yang termasuk nilai-nilai IMM, yang sejatinya kader ikatan yang dimulaidari pembentukkan jati diri kader, permasalahan, hingga solusi kader IMM dalam bergerak yang menjadi diskursus yang menarik disetiap bahasannyasebagai langkah konkrit nya. Yang kemudian ini sebuah konsekuensi logis Kader IMM untuk memahami nya. Agar kader IMM tidak lepas landas dalam menahkodai kapal nya (dalam bergerak di ikatan).
            Dalam hal ini, penulis berupaya melakukan analisis-interpretasi terkait pengembangan gagasan, mempertajam daya nalar analasis dalam merespon berbagai persoalan dalam tubuh kader IMM. Tidak lupa sebuah gagasan, ide ini didasari atas keresahan dan langkah kontemplatif penulis. Melihat gambaran/perwujudan yang seharusnya bagaimana kader IMM berjalan sesuai arah gerakan nya. Bukan mengklaim atau memvonis tetapi lebih pada melacak autentisitas dan substansi seorang kader IMM dalam menjalankan estafet kepemimpinan termasuk kemurnian kader IMM (sejatinya kader IMM), setidaknya idealitas, serta substansi dalam orientasi gerakan nya di IMM. Sebab, seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, Tri Kompetensi Dasar, Nilai Dasar Ikatan, Trilogi IMM.
            Di samping hal di atas, watak kader IMM tidak mudah melemparkan atau menuduh seseorang atau kelompok lain yang berbeda dengan tuduhan sesat, kafir, atau bid’ah. Kekisruhan, konflik horizontal, saling mengumbar benci disebabkan perbedaan bukanlah merupakan watak dari pribadi-pribadi kader IMM. Sebagaimana telah penulis sebutkan sebelumnya bahwa watak Islam yang menekankan kasih sayang, kesantunan, tawasuth, dan toleransi merupakan landasan dari kepribadian kader IMM. Hal ini juga selaras dengan hasil ramuan pemikiran di Muktamar Muhammadiyah yang ke-47 tertuang melalui rekomendasinya menyebutkan "Akhir-akhir ini energi umat juga tersedot dalam persoalan pertentangan antara pengikut kelompok Sunni dengan Syiah. Muhammadiyah mengajak umat Islam, khususnya warga Persyarikatan, untuk bersikap kritis dengan berusaha membendung perkembangan kelompok takfiri melalui pendekatan dialog, dakwah yang terbuka, mencerahkan, mencerdaskan, serta interaksi sosial yang santun,"[1]
            Maka, jelas dikatakan Amirullah (2016) dalam bukunya IMM Untuk Kemanusiaan, bahwa saling mengumbar dendam, saling menghakimi dan melakukan kekerasan antar umat beragama serta inter umat beragama dengan berbagai tuduhan apapun, baik kafir, sesat, liberal atau saling menuduh bid’ah antara satu dengan yang lain dengan fanatik buta dan dengan kekerasan merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan watak dan semangat Islam.
            Pandangan-pandangan seperti ini merupakan corak dari kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah berarti kepribadian IMM juga, kepribadian IMM sesungguhnya adalah kepribadian setiap kader IMM di manapun berada. Inilah yang secara tegas penulis katakan di bagian lain buku ini adalah bahwa kesadaran yang mesti kita bangun sekuat-kuatnya adalah dari kesadaran paradigmatik (mendalami pemikiran-pemikiran seperti ini secara kuat) hingga pada kesadaran mengaktualisasikan paradigma ini dalam kehidupan publik. Inilah yang penulis sebut dari dunia idealitas ke realitas. Paradigma akhlak sebagaimana secara singkat dijelaskan di atas harus dibumikan, digelorakan, disemarakkan, dan dibudayakan lewat agenda-agenda perkaderan, kegiatan-kegiatan pelatihan, acara-acara seminar, dialog-dialog, diskusi-diskusi rutin, dan lain-lainya. (Amirullah, 2016: 250)
            IMM mampu untuk menjalankan hal tersebut dikarenakan memang minimnya semangat berkemajuan kader, minimnya diskusi-diskusi yang pada akhirnya membuahkan semangat gerakan ilmu amaliah, amal adalah ilmiah. Sejalan dengan Ahmad Sholeh (2017), “Ini sebagai wujud tanggungjawab IMM sebagai kader bangsa dan kader umat. Maka, proses pengamalan gerakan IMM mesti sesuai dengan nilai-nilai dan landasan perjuangan IMM.” (Sholeh, A, 2017: 87)
            Dengan begitu, cita-cita dan corak gerakan ilmu amaliah, amal adalah ilmiah dapat tersusun dan teraplikasikan dengan baik. Ini berimplikasi pada mengembalikan autentisitas (kemurnian) gerakan IMM sebagai organisasi kader Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah.



Melacak Autentisitas &SubstansiKader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran & Gagasan
“IMM diharapkan mampu menjadi prototipe gerakan mahasiswa yang ideal. Ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai gagasan dan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi. Yang kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan minim refleksi.”
Ahmad Sholeh – IMM Autentik (2017)

            Melihat pandangan IMMawan Sholeh, seakan menjadi tamparan keras bagi tubuh ikatan. Persoalan kaderisasi, hingga pada gerakan nya. Menjadi perhatian untuk semua kader IMM. Sholeh (2017) menawarkan dengan Autentisitas (kemurnian) dan substansi gerakan IMM. Yang tentunya perlu digali dan dipahami untuk kemudian dihayati dan dijadikan landasan bergerak. Kesadaran yang dipupuk dikalangan kader IMM perlu digelorakkan, sehingga upaya-upaya kolaboratif, partisipatif akan terlihat dan secara langsung seperti magnet yang menempel dan menarik besi, dimaksudkan kader-kader IMM akan ikut dalam memasifkan pergerakan dalam tubuh ikatan. Yang penulis maknai sebagai, “Kesadaran individu, yang kemudian menjadi kesadaran kolektif.”
            Sejatinya di dalam Anggaran Dasar sudah sewajarnya sebagai kader IMM secara langsung untuk mengaplikasikan tujuan tersebut dalam sebuah program yang berorientasi pada Amar ma’ruf nahi munkar. Selaras dengan itu, “IMM pada masa sekarang dihadapkan pada persoalan kebangsaan yang semakin tidak kondusif”, (Qorib, M, et al, 2015: 19). Artinya bahwa persoalan demi persoalan hingga kini yakni pada persoalan kebangsaan menyangkut pemahaman kader-kader IMM pada kepekaan sosial kemasyarakatan, juga dilandasi oleh ideologis IMM yang kuat dari para kader IMM itu sendiri. Perlunya pemahaman-pemahaman dari seorang kader IMM untuk menjalankan estafet kepemimpinan selanjutnya.
            Melihat realitas hingga kini, kajian/diskusi tentang ideologi khususnya dalam gerakan ikatan masih terbilangsepi. Tradisi intelektual yang minim dikalangan tubuh ikatan menjadikan kering intelektualitas seorang kader.Padahal, Ahmad Sholeh di dalam bukunyaIMM Autentik (2017) mengatakan, IMM mampu menghasilkan ‘sesuatu’ alias produk intelektualnya.Maka, agenda-agenda mengaksikan slogan IMM adalah sebuah konsekuensi logis untuk mewujudkan cita-cita besar IMM.
            Oleh karena itu, identitas ideologi IMM yang niscaya terefleksikan dalam praksis gerakan IMM menjadi pondasi nya jaz merah. Dalam tataran konseptual, IMM memiliki sebuah konsep yang penulis yakini sudah komprehensif. Konsep ideologi IMM yaitu Trilogi Ikatan yaitu Keagamaan, Kemasyarakatan, Kemahasiswaan dan juga Tri Komptenesi Dasar yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas memiliki konsep yang khas dibanding pola gerakan lain. Hal ini sebagai sebuah respon sosial dan kebangsaan, tidak terlepas jika kita memahami awal terbentuknya dan sejarah perjuangan, maupun pergerakan IMM. penulis ingin meyakini IMM dalam rangka mewujudkan eksistensi (keberadaan) sebagai organisasi kemahasiswaan. Tapi hal ini merupakan faktor penting terhadap eksistensinya IMM dengan organisasi lain,. Hanya saja, pada saat sekarang penulis dan semua kader IMM pun sekiranya menyadari bahwa ketiga dasar yaitu Tri Komeptensi Dasar dan Trilogi Ikatan dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan yang sesungguhnya.
            Penulis mencoba merefleksikan bahwasanya memang lain daerah, lain pula keunggulan dan permasalahan yang dialami, mulai dari tingkat komisariat sampai tingkat Dewan Pimpinan Pusat. Jika penulis lihat di dalam tataran komisariat penulis pun melihat sekiranya pemahaman akan ideologis dan gerakan IMM masih pada tataran mengetahui dan mengetahui serta menjalankan program kerja-program kerja saja tanpa adanya output yang nyata, bahkan berkelanjutan dalam menjalankannya. Output yang jelas disini yakninya memberikan sumbangsih kepada ummat dalam segi kebutuhan yang diperlukan. Hanya seolah menjadi Event Organizer dalam sebuah acara-acara saja. Di buktikan kembali, jika penulis lihat pemahaman tentang ke-IMMan pun seorang kader IMM yang penulis amati dan pengalaman penulis, masih jauh dalam taraf ia menjadi seorang kader yang militan, dan loyal terhadap ikatan. Tidak sedikit yang kurang memahami arti IMM itu sendiri padahal mereka sudah melewati jenajng perkaderan Darul Arqam Dasar hingga menjadi Pengurus.
            Lanjut, jika kita melihat di beberapa daerah yang diamati oleh penulis ada yang lebih mengangkat pada pemahaman kader di sisi religiusitas-nya, menekankan penanaman nilai agama secara mendalam kepada seluruh kader. Adapula yang yang menenaknkan pada pembangunan dari sisi intelektualitasnya dengan sering mengkaji, berdiskusi ataupun melakukan bedah buku/film dimaknai dan dikaji dalam perspektif keilmuan, dan sebagainya sebagai bentuk gerakan secara keilmuan. Lain halnya, ada fokus pada aksi sosial kemanusiaan dalam penerapan surat Al Ma’un sebagai ayat perjuangannya, serta Q.S. Ali Imran: 104.s
            Dengan basis kekuatan yang berada di kampus-kampus baik dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) maupun non PTM, menjadikan IMM sebagai organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kader-kader akademis Muhammadiyah masa depan. Posisi ini diharapkan IMM untuk selalu melakukan reorientasi dan penajaman visi, misi, peran, agenda, strategi, metode serta teknik gerakan termasuk pemahaman akan ideologi gerakan IMM. Dalam arti lain, IMM perlu melakukan penguatan gerakan, baik dari segi pemberian pemahaman terkait landasan pemikiran maupun program nyata nya.
            Menjadi hal yang fundamental bahwa seseorang dikatakan memiliki loyalitas jika seseorang tersebut memiliki kepatuhan dan kesetiaan terhadap organisasi. Kader dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi kader umat, kader persyarikatan dan kader bangsa. Tentunya kader yang mempunyai bakat dan minat harus terus diberikan peluang-peluang untuk masuk dalam roda kepemimpinan yang dimilikinya. Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa, “Seorang kader bukan hanya mampu berbicara lantang di depan umum tetapi bagaimana ia mampu menjadi seorang pemimpin yang betul-betul mengaplikasikan apa yang telah keluar dari hati dan perkataannya untuk membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang sejati yang dicita-citakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah”. Seorang pemimpin dituntut untuk cerdas dalam menata pikiran, cerdas dalam menata mental, cerdas dalam menata fisik, dan bukan hanya itu seorang kader tentunya juga harus cerdas dalam menata spiritual, intelektual dan humanitas sebagai Tri Kompetensi Dasar yang ada di dalam gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
            Ada sebuah konsep yang penulis maknai sebagai proses pergerakan seorang kader ikatan, yakni snya sebelum bergerak kita akan melakukan proses berfikir, setelah berfikir buahkan sebuah konsep. Dari konsep-konsep tersebut akan lahir sebuah gagasan, dan penambahan cakrawal pemikiran seorang kader sehingga dalam prakteknya tidak keluar dari tujuan nya. Setelah melakukan proses membuat dan mematangkan konsep, lalu bergerak. Agar tertata dan tersistematis sebuah gerakan sehingga memaknai gerakan tidak cukup hanya dengan gerak, gerak dan gerak, atau berfikir, berfikir dan berfikir saja.
            Jika mendengar sebuah konsep gerakan seorang kader IMM yang menggetarkan, menggerakkan hati dan jiwa seluruh kader IMM yakni yang dilontarkan oleh Ketua DPP IMM 2014-2016, Kakanda IMMawan Beni Pramula yaitu, “Gerakan IMM Luruskan Kiblat Bangsa”. Itulah yang diungkapkan, ada sebuah makna yang sangat mendalam dari kalimat tersebut yaitu bagaimana selaku kader IMM perlunya memaksimalkan pemahaman kita, ideologi IMM hingga tataran pergerakan IMM agar jalannya roda ikatan mberjalan efektif dan produktif sehingga lahirlah sebuah kader yang militan pun loyal terhadap ikatan. Bagaimana tidak negara ini menjadi negara yang maju dan berkembang jika di motori dan digerakkan oleh kader generasi penerus bangsa. “Dengan sepenuh hati dan jiwa menyandang gelar kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berarti segala perkataan, perbuatan dan kehidupan sehari-hari haruslah seiring dengan tujuan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yaitu, mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia demi mencapai tujuan Muhammadiyah”, (Qorib, M, et al, 2015: 27).
            Menjadi bagian dari IMM, penulis memaknai bahwasanya corak IMM dibarengi juga dengan pemahaman mendalam dari seorang kader. Bangun pemahaman yang kuat, bangun kepercayan diri yang kuat, bumikan semangat literasi, bangun jaringan pertemanan yang luas dengan kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi yang harmonis dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif, responsif, progresif, prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai keunggulan diri yang baik dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern saat ini, jangan lupakan agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai ideologi dan gerakan IMM itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi munkar, dan terakhir, menjunjunng, serta menerapkan “Fastabiqul khairat” yaitu berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Kemudian pada mengaktulisasikan sebuah janji, sumpah, loyalitas, kekeluargaan akan menjadi bagian dari kehidupan sebenarnya. Seperti ungkapan Amirullah (2016), ia menjelaskan bahwa, “Memahami bagaimana perkembangan pemikiran yang terjadi di dalam IMM, kematangan perjuangan IMM serta sikap kritis IMM yang selalu berusaha untuk mencari solusi terhadap problem-problem yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, senantiasa berdiri paling depan untuk melawan setiap bentuk kezholiman, bahkan tidak segan-segan untuk berhadapan secara diametral dengan penguasa, apabila dirasakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh penguasa tersebut tidak lagi sesuai dengan kepentingan rakyat. Kepada seluruh anggota, kader dan pimpinan IMM, kobarkan terus perjuangan humanisme-mu. Percayalah, “no sacrifies is wasted”  tidak ada pengorbanan yang sia-sia.” (Amirullah, 2016: 15-16).
            Disini dapat dipaparkan bahwasanya membubuhkan tentang ide dan gagasan bagaimana seharusnya kader-kader IMM memaksimalkan perannya di tengah-tengah dinamika kebangsaan yang demikian kompleks dewasa ini, namun juga menawarkan solusi-solusi segar untuk kemajuan gerakan IMM di masa depan. Selain mengajak untuk lebih memperdalam pengetahuan atau wawasan, terutama bagi mereka yang saat ini masih berjibaku sebagai aktivis gerakan Mahasiswa atau kepemudaan.
            Jika kita renungi dan pahami lebih mendalam dan dalam tataran makro cakupan nya seorang kader IMM pun juga sebagai penerus generasi bangsa yang cerah dan menjadikan bumi Indonesia ini berdaulat, seperti pada ungkapan Kakanda IMMawan Beni Pramula dalam buku Amirullah (2016), yaitu:
“Masa depan sebuah Bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya, agar dapat menjawab tantangan kebangsaan khususnya di abad ke 21. Etos kerja yang tinggi, sumberdaya diri yang mumpuni, cakrawala pandang yang luas tentang dinamika lingkungan strategis global, regional, dan nasional harus dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa, bahwa sesungguhnya kompleksitas dan persaingan yang serba kompetitif dalam abad 21 menuntut IMM, sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, untuk dapat cepat beradaptasi dengan meningkatkan kualitas diri, produktifitas nilai-nilai religiusitas dan aktualisasi keilmuan. Oleh karena itu, IMM harus mampu merebut tantangan tersebut menjadi peluang untuk maju dalam rangka pengenjawantahan misi dakwah Muhammadiyah.” (Amirullah, 2016: 11-12)
            Maka, jelas dapat esensi seorang kader, lebih jauh kader bangsa. Seorang kader yang mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan memiliki loyalitas yang tinggi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent of change atau pembawa perubahan dan juga harus mampu menjadi lokomotif of change atau penggerak perubahan. Seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini sebagai upaya memperluas ekspansi dakwah, dibutuhkan seorang kader. Selain itu, kader-kader IMM ini sebagai penerus estafet kepemimpinan selainjutkan didalam internal IMM dari Komisariat-tingkat tertinggi DPP bahkan kedepannya kader IMM tidak menutupkemungkinan untuk mengisi garda-grada kepemimpinan dalam kabinet dan sistem pemerintahan di Indonesia karena kader IMM juga diharapkan menjadi kader bangsa yang menjungjung nilai-nilai nasionalisme. Korelasi dari tujuan diadakannya perkaderan dengan gerakan akan membentuk kader IMM ini dapat mengerti, memahami dan mengaplikasikan pemahaman-pemahaman IMM dari kulit luar hingga mendalam seperti pemahaman akan ideologi, Trilogi, Tri Kompetensi Dasar IMM, Nilai Dasar Ikatan dalam menjalani perjuangan di IMM. Tujuan perkaderan itu melahirkan kader yang mana dapat melanjutkan gerakan IMM selanjutnya, tak lepas dari tujuan IMM tersebut yakni “Mengusahakan terbentuknya akademis Islam sesuai dengan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah” dan juga tidak terlepas dari nilai-nilai ideologi dan gerakan IMM. Pencapaian seorang kader yang loyal, militan dilandasi oleh dasar pemikiran dari kader tersebut, apakah ia mau bergerak maju/stuck di tengah jalan. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa pelunya disinergikan dengan diri nya sendiri maka dari itu, perlunya proses perkaderan yang matang, sesuai dengan konsep alias tidak terlepas dari Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM, Nilai Dasar Ikatan, Tri Kompetensi Dasar IMM, juga didasari oleh Tanfidz IMM. Sehingga, dalam pencapainnya seorang kader dapat menumbuhkan dan mengaplikasikan jiwa kritis, aktif, interaktif, responsif, prestatif dalam dan untuk ikatan, persyarikatan, bangsa dan negara.
            Jika mengulik sejarah IMM, pada pertemuan awal pembentukan IMM yang dilakukan di rumah Djazman Al Kindi bersama para sahabat dan tokoh-tokoh pendiri IMM. Berbicara perihal pembentukkan organisasi IMM. Bung Kindi menjelaskan,
            “... nama organisasi itu nanti adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah – IMM. Toejoean kita bentoek IMM adalah upaya kita pelihara hoeboengan  silatoerrahim dan kasih sajang antar mahasiswa dan keloearga Muhammadiyah, maka saat penerimaan mahasiswa baroe nanti diseloeroeh pergoeroean tinggi jang kita miliki haroes laksanakan “Masa Kasih Sadjang” itu. Begitu Bung Kindi memulai dan membuka cakrawala pemikiran kepada para sahabatnya dalam pertemuan itu. Lanjut, “mengapa haroes “masa kasih sadjang’ pak Jazman, salasatu peserta Muhammad Musa bertanya dengan sigap dan tepat. Kemudian Bung Kindi melanjutkan pembicaraan dan sekaligus memberikan jawaban kepada Muhammad Musa “begini!!!,, kenapa harus “masa kasing sadjang” ? karena pada proses inilah kita semua bisa menanam doktrin bahwa Islam itu agama damai, sejoek dan tenterem. Sehingga nanti mahasiswa kita tidak moedah dipengaruhi oleh ideologi komunisme yang berpaham materialisme, pencipta teori ini “Karl Marx”. Kita haroes bisa lindoengi anak-anak mahasiswa kita dari pengaruh mereka karena sangat berbahaya bagi Negara dan bangsa”. Itulah jawaban Bung Kindi kepada Muhammad Musa waktu itu. (Tarano, Rusdianto S, 2016: 24-25)
            Mari kita melihat betapa dalam nya dan kritis nya founding fathers IMM yang telah merumuskan sebegitu dalam nya nilai-nilai ikatan dan bagaimana kelanjutan IMM pada saat itu sekarang dan tantangannya untuk masa depan. Diharapkan mahasiswa yang menjadi kader IMM tersebut memiliki tingkat pemahaman yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi kepada sesama. Drasa kasing sayang akan menimbulkan sebuah harmonisasi kehidupan yang baik diwujudkan dengan amar ma’ruf nahi munkar, sehingga kader-kader IMM ini mempunyai kepribadian yang baik dan mulia. Disamping, memiliki tanggungjawab akademik, juga memiliki tanggungjawab sosial dimasyarakat dan secara universal di tingkat nasional.
            Lanjut, tidak hanya kader IMM bebenah diri untuk menjalankan tampuk pimpinan selanjutnya, namun untuk membina potensi dan kemampuannya untuk menjadi kader bangsa yang sejati. Jika kita pahami lebih mendalam, mengingat historis yang sangat penting dalam bagaimana kelanjutan IMM yakni seperti pada sela-sela pertemuan Djazman Al Kindi dengan sahabat dalam pembentukkan IMM dirumah beliau, kemudian Mursalin Dahlan ikut bertanya “kapan pak Djazman haroes berkumpul kembali oentoek nyatakan satoe pendapat agar organisasi IMM ini bisa kita siarkan ke seloeroeh noesantara dan kepala-kepala sekolah maoepoen pergoeroean tinggi Moehammadijah se-Indonesia”. “Sebaiknya kita berkumpul sesegera moengkin, karena tidaklah dapat di poengkiri kalau IMM dibangkitkan oentoek menghimpoen, menggerakkan, membina potensi mahasiswa oentoek menoemboehkan kesadaran dan tanggoengjawabnja sebagai kader Moehammadiijah, kader oemat, kader bangsa. Kader jang ber-fastabiqoel khaerat dalam meningkatkan pemikiran ilmoe oentoek dijadikan dasar amaliah. Sekaligoes sebagai kader beramal ilmiah”. Jawaban Djazman Al Kindi sebagai pendiri (founding father) IMM sangat cerdas dan membuat para peserta pertemuan yang hadir pada waktu itu terpana dengan penjelasan bung Kindi. (Tarano, Rusdianto S, 2016: 25-26)
            Begitu, IMM dari masa ke masa, yang mana sebagai kader IMM perlu tahu akan sejarha IMM, bagaimana kondisi pada saat itu, dan mencoba merefleksikan itu pada masa sekarang dan bebenah untuk masa depan IMM dengan kata lain, memahami historis adalah jembatan kita untuk mengetahui IMM lebih dalam lagi. Semakin dalam kita mengetahui, makan semakin memahami Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lebih jauh lagi. Jadilah kader IMM yang menjunjung nilai-nilai ideologi dan gerakan IMM sehingga militansi dan loyalitas kade bisa terlihat nyata dan dapat mewujudkan tujuan IMM mencakup tujuan para pendiri IMM dengan tepat. Terakhir, penulis mengutip perkataan kakanda IMMawan Beni Pramula dalam Amirullah (2016), “.... bergerak aktual menjawab, mengisi dan berperan menghadapi tantangan zaman. “Sejarah adalah apa yang kita tulis hari ini untuk generasi mendatang. Menulisnya dengan tinta emas atau catatan kelam”. Demi IMM, demi masa depan yang lebih cerah. Bangun pemahaman yang kuat, bangun kepercayan diri yang kuat, bumikan semangat literasi, bangun jaringan pertemanan yang luas dengan kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi yang harmonis dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif, responsif, progresif, prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai keunggulan diri yang baik dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern saat ini, jangan lupakan agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai ideologi dan gerakan IMM itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi munkar, marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Semangat tajid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan.  Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam  IMM Autentik (2017) menegaskan bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh, A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan penegasan dari Pak Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis mengkolaborasikan ide-ide, gagasan Amirullah & Ahmad Sholeh terkait bagaimana kepekaan seorang kader yang disuguhkan pada tradisi jangka pendek, yang kemudian terefleksikan dengan semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur K.H. Ahmad DahlanDengan adnaya mengembalikan khittah perjuangan IMM didasari nilai-nilai tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam melandasi kader IMM dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan nafas kader IMM dalam bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).
            Menafsirkan Tri Kompetensi Dasar (TKD) IMM yakni Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas. Penulis memaknai ini sebagai landasan dasar IMM untuk bergerak kedepannya. Romantisme seorang penggerak pembawa perubahan dengan berjaz merah, dan memiliki predikat kader dan pengurus IMM ini menjadikan pribadi kader yang anggun dalam moral, unggul dalam intelektualitas akan tetapi tidak berhenti pada intelektualitas saja, IMMawan dan IMMawati pun pada hakikatnya harus memiliki kepribadian yang religius, intelektual dan humanis. Porsi tersebut jika dilaksanakan akan menjadi suatu dorongan terhadap diri IMMawan dan IMMawati dalam menggerakan roda ikatan. Basis dakwah yang di munculkan oleh Muhammadiyah dan turunnya pada IMM ini menjadikan suatu landasan yang benar-benar konkrit dan perlu dikaji dan dipahami secara komprehensif oleh diri seorang IMMawan dan IMMawati agar pencapaian dapat nyata dan berjalan semestinya.
            Mari refleksikan romantisme gelar IMMawan dan IMMawati dalam melakukan dakwah dengan segundang aktivitas ke IMM-an. Diharapkan pada IMMawan yang berani, membawa perubahan, gagah, serta IMMawati yang anggun serta berbusana muslimah yang sama-sama bersinergi IMMawan dan IMMawati dalam menjalankan aktivitas nya sebagai wujud loyalitas terhadap IMM. Namun dapat dibuktikan, IMMawan dan IMMawati tidak hanya berkapasitas ikatan saja, melainkan di isi dengan bubuhan intelektualitas akademik. Dalam akademik, kader IMM sejatinya menjalankan akademik dengan baik karena jangan lupa IMM adalah organisasi kemahasiswaan. Maka, jelas sangat di sayangkan dan sangat rugi kita seseorang yang “berjaz merah” yang memiliki makna dan arti yang kuat dengan gelar “IMMawan dan IMMawati” serta mempunyai motto “Fastabiqul Khairat” tidak dapat menyeimbangan dan melaraskan kegiatan akademik dengan organisasinya. Sejalan dengan itu, dengan di buktikannya sebuah prestasi di sisi intelektualitas akademiknya yaitu pada Indeks Prestasi (IP) yang baik dan juga prestasi dalam bentuk motivasi, inovasi dan menjalankan amanah IMM dengan baik.
            Penulis menyampaikan seorang IMMawan dan IMMawati yang memiliki kapasitas diri yang baik, terstruktur, dan mempunyai orientasi dan pandangan yang baik pula. Tentunya sebagai kader IMM sendiri ingin membuktikan bahwa seseorang yang spesial dengan gelar IMMawan dan IMMawati ini adalah orang-orang yang memiliki jiwa religiutas, intelektualitas, dan humanitas yang tinggi dan baik.Untuk itulah pembelajaran dengan hikmat, dan berproses menjadi sebuah parameter untuk bergerak melesat. Perbaikan diri, kualitas diri keimanan, hingga ke arah kemanusiaan universal menjadi pokok tujuannya. Menurut Abdul Munir Mulkhan dalam Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan (2015) yakni “...semua orang harus memiliki dan terus mengembangkan etos pendidikan dan belajar dengan cara menjadikan dirinya sebagai murid dan guru.” (Mulkhan, Abdul Munir, 2015: 111)
            Disini sebagai kader IMM perlu refleksi bersama bahwa pembelajaran tidak hanya saat perkaderan saja, setelah itu lepas. Melainkan, dalam menjalani aktivitas ber-IMM hingga secara lebih luas kepada masyarakat. Kemudian, Abdul Munir Mulkhan melanjutkan, saat seseorang menjadi murid ia belajar dan menjadikan seluruh kegiatan hidupnya sebagai aktivitas belajar pada semua orang dalam tiap kesempatan. Ketika seseorang menjadi guru ia mengajar dan menyebar ilmu yang ia miliki pada siapa saja dalam kesempatan apa saja. Disini, sebuah konsep K.H. Ahmad Dahlan tentang pembelajaran ayng dijelaskan oleh Abdul Munir Mulkhan (2015) menjadi sebuah catatan refleksi untuk kita sebagai kader IMM. Ilmu, pegetahuan, semua itu fundamental yang mana menjadi tonggak usaha dalam bergerak. Pergerakan tanpa dilandasi pembelajaran, akan hampa. Jadilah, gelas yang kosong yang diisi air tidak penuh. Jika disaat gelas itu penuh, tuangkanlah air tersebut ke gelas yang lainnya agar dapat terisi juga gelasnya, dan teruslah berbagi air tersebut ke gelas yang lainnya.
            Setelah melalui proses yang harmonis dan terstruktur inilah yang membuat kita berpandangan dan memaknai sebuah masukan itu baik dan perlu gerakan perubahan dalam ber- IMM. Bagaimana seorang kader mengetahui, memahami/memaknai dan hingga pada tataran implementasi pandangan/ideologi dan gerakan IMM, salahsatunya di tentukan oleh bagaimana bertutur kata, bagaimana di lingkungan sekitarnya dan bagaimana kita bergaul dengan orang lain. Ini yang harus di tanamkan dan diperhatikan dalam diri seorang kader dan harus ada konsistensi dalam menjalani ikatan sebagai bentuk loyalitas dan kontribusi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tidak lupa untuk menumbuhkan sifat tanggungjawab terhadap diri sendiri dan tanggungjawab terhadap ikatan. Secara tidak langsung, kader akan merasa bahwa dia bermakna dan keberadaannya ada/diakui serta memiliki tanggungjawab yaitu berkontribusi dalam ikatan, dan bangsa, serta kader menjadi percaya diri dan memberikan sifat, sikap contoh yang baik kepada teman-teman seperjuangannya dalam ikatan organisasi maupun lingkup luar organisasinya dan memberikan dampak positif terhadap sekitar. Pelajaran yang sangat berharga sekali buat penulis dan teman-teman se-ikatan.
            Demikian sebuah refleksi, dan upaya penulis sebagai kader IMM umum nya untuk seluruh kader IMM di Indonesia. Jayalah IMM. Jaya abadi melimpahi perjuangan kami. Mengingat epsan KH. Ahmad Dahlan yaitu:
“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, tapi jangan mencari hidup di Muhammadiyah, jika sudah sukses di masa depan dengan segala aktivitas dan kesuksesaannya tersebut kembalilah kepada Muhammadiyah.”
            Tetap teguh dalam keyakinan untuk tetap berproses dan berjuang di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Kader IMM akan terwujud loyal dan militan manakala terus menggali dan menggali dan memahami arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan perjalanan yang dijalani di IMM yakinlah bahwa dengan penuh doa iman kita akan selalu diselimuti oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Semoga kader IMM sesuai sejatinya seorang kader IMM lalu dengan begitu, sehingga tercipta akademisi Islam yang berakhlak mulai sesuai dengan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah. Terakhir, IMM sebagai gerakan intelektual, kader muda Muhammadiyah, dan kader bangsa. Kendati demikian, sebagai manifestasi kader IMM dalam bergerak, dan mampu mengamalkan nya dalam kehidupan sehari-hari.
“Jika kamu cinta terhadap IMM. Kamu harus tahu arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.”
IMMawan Nur Muhammad Majid Usrial
Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan Periode 2015-2016
Salam Ikatan,
IMM Jaya!
Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Daftar Pustaka
Buku:
Amirullah. 2016. IMM Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia
Mulkhan, Abdul Munir. 2015. Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan. Jakarta: Global Base Review & STIEAD Press
Qorib, M, Yofiendi Indah, Zailani, et al. 2015. Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM UMSU. Jakarta: Global Base Review
Sholeh, A. 2017. IMM Autentik: Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Surabaya: PUSTAKA SAGA
Tarano, Rusdianto S, Muliansyah A.W. 2016. IMMawan Bung Karno: Novel Gerakan Kaum Merah dan Tanwir Perubahan. Jakarta: Global Base Review
Media Online:


[1] Lihat pada http://news.detik.com/berita/2986443/muhammadiyah-kritik-umat-islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-tanamkan-kebencian  (11 Juli 2017)