Minggu, 16 Januari 2022

#4 Tulisan RPK: Rekomendasi Channel YouTube buat Anak Ilmu Komunikasi

Assalamualaikum sobat RPK, sudah tidak asing lagi bukan dengan yang namanya YouTube. Aplikasi berlambang persegi merah ini berisi ribuan informasi dengan bentuk audio visual. Hari ini, mimin mau ngasih tau rekomendasi channel apa aja buat anak ilmu komunikasi. Apalagi kuliah masih di rumah aja, yakan. Apa hubungannya? Hubungin sendiri deh, heheh.

Berikut rekomendasi channel youtube buat lo anak ilkom

1. Ratih Affandi

Biasa dipanggil miss Ratih. Miss Ratih merupakan seorang dosen di salah satu kampus di Bandung yaitu Universitas Pasundan. Di channel ini membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu komunikasi dengan cara yang asik. Dari mulai pengertian sampai pembahasan tentang skripsi buat anak ilmu komunikasi. Sudah cantik, pintar pula tambah semangat deh belajarnya. Tagline khasnya #autongerti

2. Raz Stevhany

Mba Raz tidak hanya membahas seputar ilmu komunikasi, di channelnya juga membahas seputar kecantikan. Cocok banget nih buat mbak-mbak ilkom yang butuh informasi seputar make up dan skincare. Di channel ini juga membahas peminatan yang ada di ilmu komunikasi, kampus dengan jurusan ilmu komunikasi, stereotype tentang anak ilmu komunikasi, dan lain-lain

3. Maya Rachma

Di channel mba maya ini bukan hanya bahas seputar ilmu komunikasi beserta teori-teorinya yang banyak sekali. Di channel ini juga bahas seputar how to become public speaker. Mba Maya juga merupakan dosen di universitas UPJ Bintaro.

Itulah beberapa rekomendasi channel youtube buat anak ilkom, btw baru sadar kalo cewe semua youtubernya. Buat lo yang tau rekomendasi channel lain buat anak ilkom boleh tulis di kolom komentar, terima kasih.



By: Az-Zahra Saefudin

#3 Tulisan RPK: Memahami Makna “Hidup itu Pilihan” Sebagai Sarana Membranding Diri Sendiri dalam Bermain Media Sosial

    Halo sobat, pernah ngerasa bingung ga sih dalam menjalani hidup? Atau bahkan pernah ngarasa kalau hidup ini seperti sebuah roda kadang kita berada diatas dan kadang kita berada dibawah, kadang kita behagia kadang juga kita merasa sedih, ya itu adalah sesuatu yang normal dalam menjalani kehidupan. saat ini di era digitalisasi seperti sekarang ini segala sesuatu itu dapat di lakukan secara online mulai dari belajar, bekerja, berbelanja, berkarya dan bahkan mem-branding diri sendiri loh. 

    Dimasa pandemi seperti sekarang ini kita dipaksa untuk tetap diam dirumah dan melakukan aktifitas lain seperti belajar dan bekerja dari rumah, tidak jarang kita merasa jenuh dan bosan karena melakuan aktifitas lain secara monoton, misalnya seorang siswa/mahasiswa setiap hari dia harus menghadapi gadget untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar, mengobrol dengan teman bahkan kebanyakan dari kita sering kali menghabiskan waktu dengan meng-skroling sosial media yang begitu beragam jenisnya seperti Instagram, Tiktok, YouTube, WhatsApp dan lain-lain. Konten yang kita akses pun beragam mulai seputar konten positif seperti konter hiburan, life style, ilmu pengetahuan dan bahkan masih ada yang suka mengunakan media sosial untuk mengakses konten negatif seperti yang berbau pornografi, ikut serta menyebarkan hoax dan bahkan memanfaatkan sosial medianya untuk menipu orang lain. Diluar dari konten apa yang sering kita konsumsi apakah teman teman disini ada yang memiliki perasaaan yang sama seperti saya? Semakin sadar kalau saat ini bergitu banyak orang-orang yang berlomba-lomba untuk dapat dikenal banyak oleh publik atau orang lain? Seperti dengan mengunggulkan atau menonjolkan kelebihan yang dimiliki melalui perantara media sosial pribadinya? Ingin menjadi unik dan berbeda dengan orang lain? Atau bahkan melakukan aktifitas-aktifitas yang sedikit nyelenah dari norma yang ada di masyarakat? Semua itu dilakukan oleh setiap individu karena ingin diapresiasi, dikenal dan dalam dunia digitalisasi seperti sekarang ini sering di sebut viral. Semakin banyak yang menyukai konten yang dia upload maka akan memberikan kesenangan tersendiri dan tidak sedikit memberikan efek baik bagi kehidupan dil uar sosial media, misalnya konten menarik simpati sehingga banyak masyarakat yang ikuta serta memberi doa dan bantuan donasi dan lain-lain. 

    Secara sadar kita sebenarnya memiliki keingian yang sama dengan mereka yang berhasil. Membranding dirinya melalui sosial media, seperti seorang ahli psikologi yang menentukan pilihannya untuk terus konsisnten dalam membangikan ilmu tentang kesehatan mental melalui sosial media, yang lama kelamaan ia dikenal oleh publik sebagai psikolog atau misalnya kita sebagai seorang anak yang menunjukan bagaimana kita berperan sebagai seorang anak yang baik, lalu dalam status anak itu kita dokumentasikan melalui sebuah karya lalu secara konsisten di sebar melalui sosial media maka orang-orang akan tau bahwa kita adalah anak baik itu juga merupakan salah satu contoh kasus dalam membranding diri di sosial media. 


By: Marwa Ulfa