Selasa, 15 Agustus 2017

PC IMM Jaksel Gelar Forum Diskusi Buku "IMM Untuk Kemanusiaan", Bayu: Ini Upaya dalam Tradisi Intelektual.

PC IMM Jaksel Menjalankan Forum Diskusi Buku "IMM Untuk Kemanusiaan",  
Bayu: Ini Upaya dalam Tradisi Intelektual
 

IMMawan Bayu dalam forum diskusi buku “IMM Untuk Kemanusiaan”, BUMI, lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (10/9/2017).

      Jakarta - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Selatan (PC IMM Jaksel) menjalankan forum diskusi rutin buku "IMM Untuk Kemanusiaan", bidang 3: Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jakarta Selatan pada 10 Juli 2017 di Badan Usaha Milik Ikatan (BUMI), lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan ini, mengangkat bahasan dengan judul "Mengenang dan Merefleksikan IMM Kita" dengan pengantar oleh Bayujati Prakoso, kader PK IMM FISIP UHAMKA yang juga turut hadir oleh kader-kader IMM Jakarta Selatan.
Mengusung konsep sendiri membaca, berdua berdiskusi, bertiga bergerak yang menjadi salahsatu konsep/fondasi gerakan IMM khususnya Jakarta Selatan.
      Bayu berpendapat dengan hadirnya kembali diskusi rutin ini diharapkan kader-kader IMM Jaksel dapat kembali menjalankan misi dakwah Muhammadiyah dan khittah perjuangan IMM, serta kader IMM khususnya di wilayah Jakarta Selatan tersebut dapat melahirkan gagasan-gagasan segar nan solutif untuk kemajuan ikatan.
Selanjutnya, memang selayaknya perlu direfleksikan perjuangan-perjuangan yang sudah dilalui oleh para pendiri dan Ayahanda kita di IMM pada 1964-1975 dikutip dalam bukunya Amirullah (IMM Untuk Kemanusiaan). Maka, sangat disayangkan jika tidak menjalankan tampuk pimpinan dan menghidupkan IMM hanya kulit nya saja, tidak secara mendalam, karena diliat mulai lahir IMM disisi external nya yaitu pada saat adanya ancaman PKI dan negara sedang kacau. IMM lahir disitu," tegasnya.
Bayu melanjutkan, merujuk hal tersebut, dapat ditemukan sebuah persoalan yang masih melekat oleh kader IMM sekarang yaitu yang pertama pada pengetahuan yang minim tentang jati diri ikatan oleh kader. kemudian, adanya disorientasi gerakan IMM yang dibuktikan dengan ketidaksesuaian ranah gerakan menjalankan program kerja, maupun faktor lainnya.
Pasalnya, IMM adalah organisasi dakwah. Salahsatu upaya yaitu penguatan dalam tradisi atau gerakan intelektual. Tradisi intelektual dibuktikan dengan membaca dan berdiskusi, serta menulis. Langkah konkrit ini sebagai wujud meningkatkan daya nalar kritis, mempertajam analisis, serta menjalankan misi dakwah dan khittah perjuangan IMM.
Ia melanjutkan, maka capaian nya memperkuat pisau analisis dan meningkatkan kapasitas diri sebagai kader IMM dalam membaca-menulis, serta berdiskusi. Ini adalah salahsatu upaya dalam tradisi intelektual nya," terang nya dalam forum diskusi di BUMI, lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (10/9/2017).

Meninjau Sinergitas dalam Ikatan

Cerita Kader: Meninjau Sinergitas dalam Ikatan (Telaah Reflektif dan Pengalaman)

Oleh: Bayujati Prakoso


“Kader IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan.”
Amirullah - IMM Untuk Kemanusiaan (2016)


Teruntuk Kader IMM se-Indonesia
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cerita ini di mulai penulis sebagai kader IMM, juga kakak tingkat sebagai pendorong dan teman. Ia bernama Zulfikar Ali Husen, yang kerap disapa kak Ucen. Terimakasih kak Ucen atas dedikasi dan kontribusi nya selama ini membimbing penulis. Penulis menjadi memahami arti dari hidup dalam berorganisasi. Dalam situasi dimana ada hal yang terkait kelembagaan organisasi dan roda persyarikatan.
Terimakasih Kakanda Ucen penulis ingat sekali pengalaman demi pengalaman yang membuat kepribadiaan penulis hingga seperti ini. Kemauan untuk memahami diri sendiri dan kemampuan untuk melihat kondisi tertentu dan mencoba membuat suatu keputusan yang baik dalam memilih segala hal dalam lingkup ikatan kelembagaan maupun diri pribadi. Urgensi ikatan memperlihatkan betapa sesungguhnya harus dimiliki oleh seorang kader-kader perjuangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kebersamaan yang muncul dari kami sebagai ikatan antara kader dengan pengurusnya. Penulis ingat bahwa sewaktu itu kakanda IMMawan Ucen memberikan sumbangsih secara langsung dan tidak langsung perihal pengalaman organisasi nya. Penulis memahami betapa pentingnya arti ikatan yang sebenarnya. Dimana mungkin setiap orang sudah bahagia, senang merasakan weekend di luar, maupun aktivitas lainnya tapi kita sudah di sibukkan yang mempunyai motto berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kita mengikuti kajian-kajian yang mana penulis ingat sekali kita hanya berdua saja. Penulis melihat ini memang sulit hanya sedikit yang mau berkontribusi didalamnya dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.
Sewaktu kita sharing-sharing informasi, perihal ke-IMMan dan roda jalannya ikatan. Penulis mendapati wawasan dan pengetahuan itu. Penulis ingat sekali pada penulis mengikuti perkaderan dari awal-akhir Alhamdulillah dengan baik. Tanpa bimbingan kakanda Ucen dan para pengurusnya membuat penulis seperti yang sekarang ini. Kemauan untuk belajar dan menjadi kader yang berproses untuk kedepannya menjadi lebih baik. Penulis diikuti selain kajian-kajian internal di Komisariat dan komisariat lainnya penulis diikutsertakan menjadi panitia PC IMM Jakarta Selatan 2016, mengajak untuk rapat Korkom UHAMKA Jaksel, sempat hadir rapat panitia internal penyelenggara Muktamar XVII di Jakarta, menjadi Panita Pekan Ta’aruf 2016, dan mengobrol-ngobrol dengan kakanda Ucen dan Kakanda IMMawan Iwan selaku ketua umum PK IMM FEB Jakarta Selatan (2015-2016) pada saat itu. Lalu, pada saat malam hari nya diselang-selang luang waktu kosong berbicara perihal pergerakan IMM sekarang di antara komisariat-komisariat masing-masing dalam hal ini FISIP dan FEB di UHAMKA dan roda pergerakan IMM kedepannya seperti apa. Berbicara hingga larut malam. Muatan pembicaraan yang aktif, progresif, juga kegundahan/keresahan hati masing-masing kepemimpinan, guna menambah informasi dan khazanah pengetahuan. Tentu nya diharapkan dengan selalu berupaya untuk membangun danmemperkuat silaturrahmi dan sinergitas ikatan, inilah yang akan meneguhkan khittah gerakan IMM kedepan nya agar lebih baik dari sebelum-sebelum nya. Hingga teringat beberapa saat yang lalu mengikuti musyawarah komisariat Psikologi UHAMKA walaupun kader hanya penulis yang datang mewakili Komisariat FISIP UHAMKA untuk hadir didalam nya dan pengurus lainnya.
Melihat roda pergerakan IMM, dari kader hingga masa depannya dengan orientasi pada evaluasi pengurus sebelumnya. Kakanda Ucen mengajarkan arti kehidupan organisasi dan arti kehidupan organisasi yang baik, yang sebenarnya. “Jangan melihat pada kekuasaan saja, tapi pada orientasi niat, kalau kita mau belajar.” Kakanda Ucen mengajarkan itu kepada penulis. Kak Ucen pula yang mengajarkan penulis arti penting organisasi, kehidupan berorganisasi, kepemimpinan, hingga jalannya organisasi. Argumentasi dan pandangan nya yang membuat penulis mengerti betapa indah dan pentingnya kehidupan organisasi. Selain itu, kakanda Ucen mengajarkan penulis hidup aktivis, dengan tidak mengesampingkan kuliah. Kuliah tetap, aktif di organisasi juga iya. Konsep kesepahaman mulai muncul dan kita sama-sama saling mengerti dan memahami.
Berbicara tentang pemimpin. Pemimpin dalam sebuah organisasi. Ingat betapa kita seringkali membahas tentang pemimpin, dan jalannya gerakan di IMM. Ingat pula kakanda Ucen memberikan motivasi bahwasanya, “Pemimpin itu tidak hanya sekedar memimpin, tapi mengayomi semuanya”. Lanjut kak Ucen, “Dan juga porsi pemimpin sama saja dengan yang lain, tidak se-enaknya berkuasa dan selalu keputusannya menjadi mutlak. Tapi, dengan adanya ketua bidang, sekretaris bidang, anggota semuanya dapat memiliki suara dan menyatakan pendapatnya perihal apapun. Kita juga sistem musyawarah, tidak hanya ketua umum saja yang dapat bersuara dan mutlak pendapatnya”. Dari situ kak Ucen mengajarkan arti dan porsi pemimpin dan begitu banyak, banyak, dan banyak ilmu, pengetahuan dan wawasan yang diberikan oleh nya untuk penulis. Yang jelas, semua itu adalah demi IMM, demi kemajuan IMM kedepannya. Agar lebih baik lagi dari periode dia (2015-2016) dan selanjut nya.
Dari hati, turun ke niat, dan umpan balik itu penulis mendapatkan sumbangsih ilmu, wawasan, dan ini semua upaya dalam meraih kesuksesan di masa depan. Terimakasih atas 1 periode nya bersama penulis dan teman-teman satu ikatan. Terimakasih telah membimbing penulis hingga sekarang ini. Terimakasih atas waktu, tenaga, fikiran dan kontribusinya di IMM. Semoga kak Ucen tetap selalu ada, tetap selalu dalam jiwa, dan selalu memberikan yang terbaik untuk diri, keluarga, Muhammadiyah, untuk IMM, kampus UHAMKA dan tentunya untuk bangsa dan negara. Disini, dapat diambil semangat ber-IMM dari seorang kader IMM, juga semangat berintelektual kader IMM yang harus selalu digelorakkan, semangat diskusi, semangat perduli dan peka terhadap organisasi dan realitas sosial. Meminjam istilah Amirullah (2016: 144) “... memberi nama lain dari model intelektual kader IMM adalah intelektual berkiprah. Intelektual berkiprah yang dimaksud adalah seorang intelektual yang mengabdikan dirinya bergumul dengan kehidupan masyarakat. Menjadi penggerak perubahan, selalu berjuang untuk kepentingan masyarakat luas serta tidak terpenjara oleh jurusan, bidang studi atau konsentrasi keilmuannya, walaupun di sisi lain kader IMM dituntut juga menjadi pribadi yang profesional, tapi memahami juga ilmu-ilmu lainnya sebagai alat perjuangan ...”
Terakhir, ini adalah bentuk kontribusi dan dinamika di IMM dari penulis. Intelektual kader harus selalu muncul dan diasah, juga di hadiri religiusitas agar tidak lemah diri alias kering spiritual, juga semangat jiwa kemanusiaan kader ikatan. Penulis sebagai kader IMM tentu masih ingin belajar dan belajar. Mari tingkatkan semangat fastabiqul khairat yang kuatkan pemahaman akan ideologi IMM, yang kemudian diresapi dan diterapkan. Terkahir, mengutip perkataan IMMawan Majid, Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan, “Jika kamu cinta terhadap IMM, kamu harus tahu arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah”.


Kadermu,
Bayujati Prakoso

Salam Ikatan,
IMM Jaya!

Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh