Minggu, 19 November 2017

Spirit Momentum Hari Pahlawan: Mengembalikan Otentisitas Gerakan Mahasiswa dalam Bingkai Muhammadiyah

Spirit Momentum Hari Pahlawan: Mengembalikan Otentisitas Gerakan Mahasiswa dalam Bingkai Muhammadiyah
Oleh: Bayujati Prakoso*


          Ketika berbicara mengenai hari pahlawan, sudah bukan lagi berbicara kapan momentum itu terjadi dinegeri ini. Lebih jauh, sudah sejauh manakah agenda ke-Agama-an dan ke-Indonesia-an disiapkan kedepan? Apakah pada hari ini, bangsa ini, sudah sesuai dengan tujuan dan harapan perjuangan para pahlawan atau tidak? Bagaimana negeri ini bisa terus berdiri jika generasi bangsanya tidak mau ikut serta dalam membangun negeri yang makmur dan berkemajuan? Indonesia akan maju jika generasi penerusnya mampu gotong royong bersama membangun peradaban bangsanya dengan progresif. Progresifitas yang dihadirkan menjadi sebuah titik poin dalam pembangunan yang berskala panjang dan luas. Ini menjadi indikator dalam membangun negeri. Ir. Soekarno pernah berkata bahwa, “Negara yang besar, adalah negara yang tidak lupa dengan jasa para pahlawannya”. Ini menjadi sebuah renungan kita bahwa negara tidak bisa digerakan oleh kaum elit saja, melainkan generasi penerus bangsa mempunyai andil yang besar dalam mempengaruhi kebijakan dan stabilitas negara, termasuk dalam membangun peradaban bangsa. 

          Lika-liku perkembangan zaman mengantarkan individu dengan segala aktivitasnya menjadi lupa bahwa ia seorang anak bangsa, yang secara epistemologi adalah dari mana ia tinggal, dan dari hasil ciripayah atau kontribusi siapa ia dapat menikmati kehidupan kini dalam beragama, berbangsa dan bernegara dengan aman, damai, serta tentram. Semua itu tidak terlepas dari yang namanya jasa para pahlawan. Pahlawan yang sudah rela berkorban memberikan segalanya demi kepentingan ummat, bangsa dan negara nya. Spirit momentum hari Pahlawan pada 10 November 1945, yang diperingati setiap tahunnya menjadi sebuah keharusan bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Peristiwa tersebut menghadirkan konflik bersenjata berskala besar antara Indonesia dengan pasukan asing pada saat itu. Peringatan Hari Pahlawan ini bukan lagi diperingati dengan perayaan saja, melainkan sejatinya menjadi upaya refleksi, hingga pada tataran interpretasi-diskusi-teoretis-implementasi dari keteladanan para pahlawan sebagai sosok figur bangsa dan mewujudkannya semangat nasionalisme dengan berbagai upaya yang mendorong terwujudnya tujuan bangsa dan negara yang sudah dibuat oleh para founding fathers. 
       
          Kendati demikian, diperlukan pembelajaran dari kisah-kisah perjuangan dan meneladani sikap yang positif dari para pahlawan. Renungkan secara mendalam, dalam spirit momentum Hari Pahlawan, 10 November, penulis berupaya melihat dengan sudut pandang yang berbeda, namun masih memiliki garis lurus terhadap momentum bersejarah ini, yakni dengan upaya mengembalikan otentisitas gerakan mahasiswa dalam bingkai Muhammadiyah sebagai respon akan zaman yang semakin berkembang, dan dengan menterjemahkan nilai-nilai Islami dan nasionalisme yang murni sebagai wujud melahirkan peradaban yang mencerahkan dan berkemajuan. 

         Kesadaran yang dihadirkan oleh generasi bangsa kepada pahlawan masih terbilang minim. Minim akan pengetahuan sejarah, bahkan pada biografi tokoh pahlawan atau orang yang berjasa dan berpengaruh dalam membangun peradaban bangsa ini. Ini yang menjadi ketakutan bersama, negara bisa tertindas oleh bangsa asing jika kita lemah terhadap negara sendiri. Dari hal-hal mengetahui dan memahami sejarah dan sebagainya yang diuraikan diatas menjadi sebuah bumerang kepada generasi bangsa. Terlebih, boleh jadi generasi bangsa yang labelnya akademisi, muda, kuat dan berwibawa ini hanya sekedar panggilan saja. Selain itu, pemikiran yang terjerumus pada perkembangan ideologi, politik praktis yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila. Yang kemudian, sejumlah aktivis yang sebagai penerus bangsa ini, sedikit demi sedikit akan hilang dan terjebak dalam pemahaman tersebut. Inilah yang menjadi sebuah catatan dan pekerjaan rumah baik individu-kolektif. 

        Tidak menafikkan semua generasi bangsa, namun sebagian generasi bangsa kini, cenderung sekedar menumbuhkan “eksistensi” belaka dengan segala romantika yang cenderung pragmatis bahkan hedonis. Kemampuan retorika yang mumpuni dengan dinamika dialektis yang rapi dan indah, pun adanya kehadiran polemik-diskursus dengan berbagai persoalan. Menjadikan mereka tak sekedar menampilkan dirinya sebagai seorang aktivis tapi kemurnian yang dilandasi dengan prinsip Al Qur’an dan Sunnah yang diimplementasikan dengan gerakan mahasiswa tentu menjadi sebuah formulasi yang diharapkan oleh seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu, gerakan mahasiswa kembali kepada khittah nya. Dengan kata lain, otentisitas gerakan dengan membumikan spirit gerakan itu perlu dipahami. Berangkat dari hal tersebut, pergerakan dengan kesadaran kolektif mahasiswa yang utuh dan murni sebagai generasi bangsa tentu menjadi sebuah langkah yang baik dalam membangun harmonisasi yang positif. Keberangkatan kemurnian dengan landasan kompetensi spiritualitas/religiusitas, kompetensi intelektualitas, dan kompetensi humanitas seperti pada Tri Kompetensi Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) perlu dimiliki oleh setiap generasi/kader bangsa. Itu yang menjadi sebuah upaya mengembalikan otentisitas gerakan mahasiswa dalam momentum hari pahlawan ini sebagai wujud nasionalisme dan tanggungjawab moril, sosial, dan hidup beragama, berbangsa dan bernegara. 

          Berbicara otentisitas gerakan, maka kita akan berbicara bagaimana merekonstruksi pemahaman dan pemikiran dalam gerakan kolektif. Gerakan kolektif yang disebut gerakan dari sejumlah aktivis generasi bangsa yaitu mahasiswa salahsatunya yang menjadi sorotan dalam dinamika kebangsaan. Dan kini suatu keharusan yang gerakannya sebagai mahasiwa haruslah berlandaskan murni (autentik) dan tidak tercampur dengan kekuasaan bahkan paksaan suatu hal. Apalagi dengan spirit mahasiswa, menjadi pemikiran bersama bagaimana menciptakan peradaban yang unggul dan berkemajuan, apalagi ditengah adanya era distrupsi inovasi (Distruption Innovation Era). Tentunya, sebagai perwakilan dari generasi bangsa, yaitu mahasiswa, umumnya masyarakat luas, sudah sewajarnya menjalankan misi dakwah sebagai kontribusi nyata untuk Indonesia berkemajuan. 

         Sebagaimana diketahui bersama, K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang merupakan entitas orisinal yang telah memberi kontribusi terhadap peradaban. Peradaban yang mencerahkan inilah yang dijalani oleh Kiai semenjak ia remaja-ajal menjemput. K.H. Ahmad Dahlan menyumbang berbagai gagasan dan pemikirannya untuk negeri ini. Seperti pada gerakan pemurnian (purifikasi) terhadap proses pembentukan masyarakat dan struktur sosial. Yang pada saat itu masih banyak nilai-nilai dan pemikiran tradisionalis, seperti berfikir keakhiratan, namun melupakan dunia, tidak mementingkan pendidikan, dan sebagainya yang dijalani oleh masyarakat pada masa itu. Itulah yang diharapkan K.H. Ahmad Dahlan yang sudah sepatutnya kita mampu meneladani, dan bergerak dengan membangun spirit Pancasila dan kebangsaan, dengan merawat kebhinekaan dalam mewujudkan masyarakat yang generasi yang mencerahkan peradaban. Maka, bersamaan dengan tujuan didirikannya Muhammadiyah untuk mewujudkan perilaku individu dan kolektif agar menjadi teladan yang baik (uswatun hasanah) menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Lebih lanjut, Abd Rohim Ghazali, dkk dalam bukunya Muhammadiyah “Ahmad Dahlan”; Menemukan Kembali Otentisitas Gerakan Muhammadiyah (2015) menjelaskan, tatanan masyarakat yang dimaksud dapat ditafsirkan sebagai citra masyarakat utama, yaitu masyarakat yang unggul diberbagai bidang, utamanya akhlak dan juga dari sudut sosial, ekonomi, dan bahkan politik.
       
       Tidak lupa, aktualisasi nilai-nilai spiritualitas yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah harus tetap dipegang teguh keutuhan dan kemurnian ajaran Islam sendiri oleh setiap generasi bangsa, termasuk seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki spirit perjuangan dalam membangun peradaban sudah sepantasnya menjadi generais selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai “penggerak perubahan” peradaban bangsa Indonesia. Peradaban yang diharapkan itu dapat diwujudkan dengan gerakan dakwah, karena dakwah adalah proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan lurus, dari yang buruk menjadi baik. Semua itu dilakukan dengan dakwah sebetulnya. Dakwah tidak lagi dengan ceramah dimuka umum, atau mimbar masjid. Melainkan dengan berbagai cara dalam menerapkannya, yaitu:

        Pertama, dengan peneguhan dan implementasi dari spirit Teologi Al Maun. Tauhid Sosial Surat Al Maun yang terdapat di dalam Al Qur’an yang ditafsirkan oleh K.H. Ahmad Dahlan menyangkut tanggungjawab sosial yang mana ini berujung pada gerakan sosial kemasyarakatan yang memiliki peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Lebih lanjut, Muhammadiyah hadir menawarkan sebuah konsep Islam yang dinamis dalam merespon setiap permasalahan yang terjadi pada masa ini. Haedar Nashir dalam bukunya Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (2010), menggambarkan bahwa Muhammadiyah telah berhasil mengantarkan kaum Muslim Indonesia menjalankan perubahan yang dahsyat, dari masyarakat yang tradisional menjadi yang lebih modern, agraris menjadi industrial, pedesaan menjadi perkotaan, feodalistik menjadi lebih egaliter. (Azrul Tanjung, M, dkk, 2015: 128) Ini penulis pikir menjadi sebuah suatu keharusan semangat tauhid sosial surat Al Maun ini perlu di terapkan dalam kehidupan.
        
         Kedua, melaksanakan dakwah Jihad Akademik yang merupakan adanya pengorbanan dalam mencari ilmu, disamping hadirnya romansa atau dinamika kampus. Adanya usaha, kerja keras, ikhtiar dibarengi do’a giat menjalankan akademik dengan belajar mengejar prestasi, ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dengan sebaik-baiknya. Ketiga, menerapkan sikap Altruisme dalam bingkai Muhammadiyah, yang artinya sikap perhatian kepedulian terhadap sesama manusia dilingkungan sekitar kita, tidak acuh tak acuh. Sehingga, menjadikan manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Sikap ikhlas untuk ummat dan menenggelamkan sikap egoistik. Nalar yang digunakan dan dirawat Mbah Dahlan dan Generasi Muhammadiyah al awalun adalah nalar altruisme. (Azrul Tanjung, M, dkk, 2015: 239) Aspek yang bersifat pengorbanan ini sangatlah cocok dan bagus jika diterapkan dalam individu hingga kolektif. Keempat, menggelorakan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104), yaitu gerakan yang menyeru kepada kebaikan, dan mencegah hal-hal yang mungkar. Seperti pada gerakan Filantropi (sikap kedermawanan kepada sesama), selain itu, dengan membangun kelompok diskusi-diskusi interaktif menjadi sebuah pijakan dalam berproses menuju berkembangkan tradisi masyarakat ilmu dalam menciptakan peradaban yang diharapkan.

         Itulah mengapa sebagai wujud momentum kepahlawanan ini sudah sepantasnya direfleksikan hingga tataran implementasi-nya. Dalam hal ini, sesungguhnya menciptakan generasi penerus bangsa yang beragama, memiliki jiwa nasionalisme, mempertahankan NKRI, menjaga kesatuan agama, bangsa dan negara adalah sebuah tanggungjawab bersama. Dengan tentu dalam setiap menerjemahkan dan mewujudkan teladan para pahlawan pun dari diri haruslah dilandasi dengan niat yang luhur, berlandasan keimanan-ketauhidan-spiritualitas dalam setiap tindakan yang kita lakukan, agar setiap upaya yang dilakukan dapat diridhoi dan diberi kekuatan-jalan dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

         Yang kemudian, dari upaya-upaya tersebut akan melahirkan gerakan dakwah yang berkemajuan dan mencerahkan, gerakan memanusiakan manusia/filantropi dalam kemanusian universal, menggiatkan semangat literasi dan diskusi-diskusi dengan menghadirkan berbagai wacana dengan dialog-dialog pemikiran kritis-intelektual yang beragam, maupun kontribusi nyata dengan gerakan praksis-sosial kemasyarakatan. Semua itu dimulai dari yang namanya niat yang ikhlas, dan tulus untuk pribadi dalam menyeru berbuat kebaikan, dan mencegah kemungkaran. Menebar kebaikan kepada sesama dengan meng-implementasikan spirit pahlawan-pahlawan bangsa, meneruskan cita-cita & harapan, sudah tentu menjadi konsekuensi logis bersama. 

         Dengan begitu, semangat generasi bangsa, termasuk mahasiswa dalam menebar kebaikan yaitu dengan membumikan spirit dakwah berkemajuan yang dengan cara meneladani uswah pahlawan bangsa dan negara. Dakwah sebagai metode yang efektif sebagai upaya mencerahkan generasi bangsa, membangun peradaban yang mencerahkan. Dakwah pada hakikatnya adalah seruan dalam berbuat kebaikan. Sehingga menurut Kuntowijoyo (2002), dakwah haruslah berpihak kepada nilai-nilai universal kemanusiaan, menerima kearifan dan kecerdasan lokal, dan mencegah kemungkaran dengan memperhatikan keunikan sifat manusia secara individual dan sosial. Artinya, bukanlah disebut dakwah yang benar jika pada kenyataannya menggunakan cara-cara kekerasan, pemaksaan, dan intimidasi.  (Azrul Tanjung, M, dkk, 2015: 130-131)

        Terakhir, dalam momentum peringatan hari Pahlawan ini, semoga dapat dimaknai dan ditafsirkan dengan positif, serta dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Belajar berproses dengan tekun, jujur dan baik, menjalankan amanah seorang generasi penerus bangsa, menerapkan sifat Rasulullah SAW (Sidiq, Amanah, Fatonah, Tablig) dalam kehidupan dan tentu meneruskan perjuangan pahlawan-pahlawan yang sudah meninggal dunia, dengan spirit menelaah teladan dan melakukan dakwah yang progresif. Peneguhan gerakan mahasiswa sebagai upaya yang tulus hingga praksis gerakan ini yang dibarengi spirit berkemajuan, seperti layaknya matahari, karena ia mampu mencerahkan siapapun dengan sinarnya. Menyinari dengan ilmu, pengetahuan, karya, kontribusi terbaik yang dimiliki kita. Semoga selalu semangat dalam menjalankan setiap akivitas. Selalu berfikir jernih, dan mari ber-fastabiqul khairat.

*Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Jakarta Selatan, 
Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan 
Periode 2017-2018

Referensi:
Azrul Tanjung, M, dkk. 2015. Muhammadiyah “Ahmad Dahlan”; Menemukan Kembali Otentisitas Gerakan Muhammadiyah. Jakarta: STIE AHMAD DAHLAN

Rabu, 13 September 2017

RUANG IKATAN (Edisi 1, Vol 1)

Politik Asik
Oleh: Anonim
(Kader IMM)

Pada hari ini mungkin kita masih resah akan politik, kata yang membuat seseorang enggan untuk masuk bahkan mengetahuinya. Kaum sekuler pun menyingkirkan hal politik dengan agama karena menurut mereka akan rumit suatu persoalan. Kali ini seorang yang mengesankan membuat politik itu menjadi menyenangkan, bagaimana itu bisa terjadi? Baca tulisan ini sampai habis.
            Orang yang benci politik bisa dipastikan hidupnya hanya mengekor dalam arti tidak tahu apapun, karena politik itu keterkaitan dengan hukum, ekonomi, bahkan sosial. Harga bahan pokok naik dan BBM naik dikarenakan politik. Ada yang mengatakan politik itu kejam, tidak apa-apa karena orang bebas berpendapat. Yang ditakutkan adalah ketika orang itu anti politik dan dimanfaatkan oleh sebagian pihak itu berbuat kezaliman. Seorang mahasiswa yang hanya berdiam diri ketika dosen tidak masuk dan yang mengagetkan hadir ketika ujian, bodohnya segolongan mahasiswa hanya diam lalu mengikuti padahal mereka bisa protes tetapi anggapan mereka yang terpenting santai dan nilai bagus. Pandangan mahasiswa itu sudah pragmatis tidak ada jiwa kritis, apalagi berpikir politik. Sebenarnya ketika kita kecil politik sudah ada pada diri masing-masing yaitu, meminta uang jajan kepada orang tua kita jika tidak diberi nangislah sang bocah.
Beberapa elemen mahasiswa pun sekarang seperti dikebiri oleh anggaran kampus yang menyebabkan ketakutan pada pimpinan. Pada pola disini membuat nilai kritis pada lembaga mahasiswa mandul. Era sekarang menurut sebagian mahasiswa sudah turun kejalan pandangan mereka sudah kritis, tetapi lahirnya kritis bukan pada pribadi masing-masing. Ketika kampusnya sendiri zalim mereka bingung harus seperti apa. Kritis itu tidak lahir ketika kajian yang sudah matang dan hasilnya harus turun kejalan seperti aksi 212, 112, dll. Karena hal itu sudah ada yang mengkaji sehingga harus mengkritisi pemerintah, lalu tinggal pengekor yang datang dari kesadaran diri atau tidak. Lantas yang mengkaji setiap kebijakan kampus siapa? Inilah peran dan fungsi mahasiswa jangan belaga ingin tenar tapi rumah sendiri morat-marit.
Politik ini sederhana dari kalian berorganisasi hingga kalian berkomunikasi satu dengan yang lain. Amati situasi kemana arah kebijakan setiap lembaga dan setiap orang nantinya akan terasah. Lalu jadilah pengambil keputusan setidaknya jadilah sang pemberi gagasan agar pikiran kalian tersampaikan dan dipakai. Sangat sederhana menanyakan bagaimana alur birokrasi, bagaimana alur keuangan mahasiswa, untuk apa saja yang dipakai.Ya, hanya menanyakan dahulu, nanti, pula timbul keganjilan dan kegelisahan disitulah politik kalian, dimana posisi dan penempatan kalian. Jangan malah lembaga mahasiswa takut ketika keuangannya dicampurtangani dan diam ketika diancam.
Jika mahasiswa diancam maka buat gelombang pergolakkan dengan cara pamflet propaganda. Nantinya isu-isu itu akan terbangun dan terpenting massa haruslah massif. Dan janganlah ketika kalian berlaku tidak adil pada masyarakat karena akan merugikan diri kalian. Politik itu bisa merugikan dan pula menguntungkan dimana penempatan posisinya disitu terlihat keberimbangannya. Adolf Hitler pernah mengemukakan gagasannnya bahwa kebohongan yang diulang-ulang akan jadi kebenaran. Maka dari itu ketika mencium ketidakadilan dan ketidakjelasan disitulah kebenaran harus ambil peran.
Media-ku; Solusi atau Stagnasi
Oleh: Bayujati Prakoso
(Anggota Bidang Hikmah PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2016-2017)
            Dalam Ilmu Komunikasi, mendengarkan adalah mekanisme perolehan umpan balik (feedback) yang berguna bagi komunikator untuk mengetahui apakah komunikasi nya berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan khalayak. Dengan konsep tersebut, menurut penulis itu dapat menjadi bahan referensi untuk pelaku politik dalam hal ini masyarakat nya serta tim-tim sukses, sampai kandidat politik sekalipun dalam menyelenggarakan suatu praktik politik agar menjadi efektif dan demokratis. Jika dari komunikasi tim sukses politik, kandidat ke masyarakat dapat efektif, maka selanjut nya pula juga akan menjadi efektif dan yang pada akhirnya menjadi dinamis dan berjalan semestinya.
            Menurut Prof. Miriam Budiardjo, untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu menyelenggarakn beberapa lembaga seperti  adanya Dewan Perwakilan Rakyat yang mengontrol, pemerintahan yang bertanggung jawab, sistem peradilan yang bebas, pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat. Maka, ranah dalam hal ini praktik politik menggunakan pers/media massa dalam ajang bersaing secara sehat, mempromosikan kandidat politik nya, sebagai hubungan kerja sama, menjalin sistem komunikasi yang baik dengan di kemas dalam bentuk iklan di media elektronik, cetak dan internet maupun media massa lainnya.
            Katrin Voltmer dalam bukunya yang berjudul Mass Media and Political Communication in New Democracies, ia menyatakan dalam kehidupan berpolitik, media bukan hanya menyampaikan pesan politik tapi juga aktif berpartisipasi dalam membuat pesan politik (Cook, 1998).[1] Oleh karena itu, media menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam strategi partai politik. media mampu mempolitisi dan memobilisasi masyarakat sehingga dapat memberikan jalan bagi tujuan partai. Menggunakan strategi media logic yaitu strategi yang digunakan untuk mempertahankan hubungannya dengan publik.
            Media juga diharapkan dapat menjadi ‘marketplace of ideas’ atau pasar gagasan yaitu sebuah forum untuk kelompok atau individu dalam mengekpresikan pandangannya, bertukar pendapat tanpa adanya intervensi dari negara. Namun gagasan ini cenderung mengaburkan kebenaran, seakan berkompetisi dalam memberikan argumen terbaiknya dan menghilangkan kebenaran yang sesungguhnya.
            Indikator dari adanya sebuah demokratisasi yaitu adanya pemilihan umum, padahal pemilu dapat berlangsung dibawah rezim yang mempertahankan otoritasnya. Posisi media dalam hal ini dapat memberikan pengaruh besar kepada publik seperti halnya teori jarum suntik, seperti yang dikatakan oleh Hence bahwa kualitas pengambilan keputusan secara demokratis berhubungan erat dengan kualitas informasi yang diberikan oleh media.[2] Namun publik pada dasarnya dapat menentukan sikapnya sendiri tanpa adanya dorongan dari media massa. Oleh karena itu, publik harus memiliki kemampuan untuk dapat memilih dan menyeleksi informasi. 
            Media menjadi sebuah instrumen penting dalam penyelenggaraan praktik politik di Indonesia. Mengingat berbagai persoalan yang muncul mengemuka dengan berbagai ekspresi. Sebab media menjadi aktif dan sehat manakala sistem yang didalamnya, termasuk mitra dan pengguna mampu berkolaborasi dengan baik pula. Mau memberikan solusi untuk perkembangan media kedepan atau stagnasi?.
            Atas dasar itu, perlu nya perilaku yang demokratis tidak hanya serta merta pelaku politik yang terkait di dalam penyelenggaraan politik saja dalam hal ini menunjuk pada anggota/tim media. Semua harus saling mengerti dan memahami agar tercipta nya hubungan yang dinamis, harmonis dan demokratis. Menciptakan sebuah strategi periklanan dalam menyiarkan sebuah strategi politik yang mana pada akhirnya menciptakan sebuah komunikasi yang efektif dari anggota kelompok partai politik sampai kandidat kepada tim media serta masyarakat, dapat memahami kode etik dalam penyiaran, dan sebagai nya serta cenderung dapat merubah pemikiran publik terhadap media yang di publikasikan. Sehingga, mampu meminimalisir stagnasi tugas, pokok, fungsi media yang sejatinya, pun demikian terwujudnya media yang sehat, baik dalam hal penyelenggaraan praktik politik yang demokratis di Indonesia.

Kepustakaan
Budiardjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Ed. Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Voltmer, Katrin. 2006. Mass Media and Political Communication in New Democracy. ECPR Studies in European Political Science. London and New York: Routledge Taylor & Francis Group. Hlm. 7
[2] Ibid, hlm. 3



[1]Voltmer, Katrin. 2006. Mass Media and Political Communication in New Democracy. ECPR Studies in European Political Science. London and New York: Routledge Taylor & Francis Group. Hlm. 7
[2]Ibid, hlm. 3

Selasa, 15 Agustus 2017

PC IMM Jaksel Gelar Forum Diskusi Buku "IMM Untuk Kemanusiaan", Bayu: Ini Upaya dalam Tradisi Intelektual.

PC IMM Jaksel Menjalankan Forum Diskusi Buku "IMM Untuk Kemanusiaan",  
Bayu: Ini Upaya dalam Tradisi Intelektual
 

IMMawan Bayu dalam forum diskusi buku “IMM Untuk Kemanusiaan”, BUMI, lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (10/9/2017).

      Jakarta - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Selatan (PC IMM Jaksel) menjalankan forum diskusi rutin buku "IMM Untuk Kemanusiaan", bidang 3: Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jakarta Selatan pada 10 Juli 2017 di Badan Usaha Milik Ikatan (BUMI), lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan ini, mengangkat bahasan dengan judul "Mengenang dan Merefleksikan IMM Kita" dengan pengantar oleh Bayujati Prakoso, kader PK IMM FISIP UHAMKA yang juga turut hadir oleh kader-kader IMM Jakarta Selatan.
Mengusung konsep sendiri membaca, berdua berdiskusi, bertiga bergerak yang menjadi salahsatu konsep/fondasi gerakan IMM khususnya Jakarta Selatan.
      Bayu berpendapat dengan hadirnya kembali diskusi rutin ini diharapkan kader-kader IMM Jaksel dapat kembali menjalankan misi dakwah Muhammadiyah dan khittah perjuangan IMM, serta kader IMM khususnya di wilayah Jakarta Selatan tersebut dapat melahirkan gagasan-gagasan segar nan solutif untuk kemajuan ikatan.
Selanjutnya, memang selayaknya perlu direfleksikan perjuangan-perjuangan yang sudah dilalui oleh para pendiri dan Ayahanda kita di IMM pada 1964-1975 dikutip dalam bukunya Amirullah (IMM Untuk Kemanusiaan). Maka, sangat disayangkan jika tidak menjalankan tampuk pimpinan dan menghidupkan IMM hanya kulit nya saja, tidak secara mendalam, karena diliat mulai lahir IMM disisi external nya yaitu pada saat adanya ancaman PKI dan negara sedang kacau. IMM lahir disitu," tegasnya.
Bayu melanjutkan, merujuk hal tersebut, dapat ditemukan sebuah persoalan yang masih melekat oleh kader IMM sekarang yaitu yang pertama pada pengetahuan yang minim tentang jati diri ikatan oleh kader. kemudian, adanya disorientasi gerakan IMM yang dibuktikan dengan ketidaksesuaian ranah gerakan menjalankan program kerja, maupun faktor lainnya.
Pasalnya, IMM adalah organisasi dakwah. Salahsatu upaya yaitu penguatan dalam tradisi atau gerakan intelektual. Tradisi intelektual dibuktikan dengan membaca dan berdiskusi, serta menulis. Langkah konkrit ini sebagai wujud meningkatkan daya nalar kritis, mempertajam analisis, serta menjalankan misi dakwah dan khittah perjuangan IMM.
Ia melanjutkan, maka capaian nya memperkuat pisau analisis dan meningkatkan kapasitas diri sebagai kader IMM dalam membaca-menulis, serta berdiskusi. Ini adalah salahsatu upaya dalam tradisi intelektual nya," terang nya dalam forum diskusi di BUMI, lantai 2 Kampus A UHAMKA, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (10/9/2017).

Meninjau Sinergitas dalam Ikatan

Cerita Kader: Meninjau Sinergitas dalam Ikatan (Telaah Reflektif dan Pengalaman)

Oleh: Bayujati Prakoso


“Kader IMM harus secara total tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul, dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi, peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM Ideology, and IMM Identity yang harus mendarah daging dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan.”
Amirullah - IMM Untuk Kemanusiaan (2016)


Teruntuk Kader IMM se-Indonesia
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cerita ini di mulai penulis sebagai kader IMM, juga kakak tingkat sebagai pendorong dan teman. Ia bernama Zulfikar Ali Husen, yang kerap disapa kak Ucen. Terimakasih kak Ucen atas dedikasi dan kontribusi nya selama ini membimbing penulis. Penulis menjadi memahami arti dari hidup dalam berorganisasi. Dalam situasi dimana ada hal yang terkait kelembagaan organisasi dan roda persyarikatan.
Terimakasih Kakanda Ucen penulis ingat sekali pengalaman demi pengalaman yang membuat kepribadiaan penulis hingga seperti ini. Kemauan untuk memahami diri sendiri dan kemampuan untuk melihat kondisi tertentu dan mencoba membuat suatu keputusan yang baik dalam memilih segala hal dalam lingkup ikatan kelembagaan maupun diri pribadi. Urgensi ikatan memperlihatkan betapa sesungguhnya harus dimiliki oleh seorang kader-kader perjuangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kebersamaan yang muncul dari kami sebagai ikatan antara kader dengan pengurusnya. Penulis ingat bahwa sewaktu itu kakanda IMMawan Ucen memberikan sumbangsih secara langsung dan tidak langsung perihal pengalaman organisasi nya. Penulis memahami betapa pentingnya arti ikatan yang sebenarnya. Dimana mungkin setiap orang sudah bahagia, senang merasakan weekend di luar, maupun aktivitas lainnya tapi kita sudah di sibukkan yang mempunyai motto berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kita mengikuti kajian-kajian yang mana penulis ingat sekali kita hanya berdua saja. Penulis melihat ini memang sulit hanya sedikit yang mau berkontribusi didalamnya dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.
Sewaktu kita sharing-sharing informasi, perihal ke-IMMan dan roda jalannya ikatan. Penulis mendapati wawasan dan pengetahuan itu. Penulis ingat sekali pada penulis mengikuti perkaderan dari awal-akhir Alhamdulillah dengan baik. Tanpa bimbingan kakanda Ucen dan para pengurusnya membuat penulis seperti yang sekarang ini. Kemauan untuk belajar dan menjadi kader yang berproses untuk kedepannya menjadi lebih baik. Penulis diikuti selain kajian-kajian internal di Komisariat dan komisariat lainnya penulis diikutsertakan menjadi panitia PC IMM Jakarta Selatan 2016, mengajak untuk rapat Korkom UHAMKA Jaksel, sempat hadir rapat panitia internal penyelenggara Muktamar XVII di Jakarta, menjadi Panita Pekan Ta’aruf 2016, dan mengobrol-ngobrol dengan kakanda Ucen dan Kakanda IMMawan Iwan selaku ketua umum PK IMM FEB Jakarta Selatan (2015-2016) pada saat itu. Lalu, pada saat malam hari nya diselang-selang luang waktu kosong berbicara perihal pergerakan IMM sekarang di antara komisariat-komisariat masing-masing dalam hal ini FISIP dan FEB di UHAMKA dan roda pergerakan IMM kedepannya seperti apa. Berbicara hingga larut malam. Muatan pembicaraan yang aktif, progresif, juga kegundahan/keresahan hati masing-masing kepemimpinan, guna menambah informasi dan khazanah pengetahuan. Tentu nya diharapkan dengan selalu berupaya untuk membangun danmemperkuat silaturrahmi dan sinergitas ikatan, inilah yang akan meneguhkan khittah gerakan IMM kedepan nya agar lebih baik dari sebelum-sebelum nya. Hingga teringat beberapa saat yang lalu mengikuti musyawarah komisariat Psikologi UHAMKA walaupun kader hanya penulis yang datang mewakili Komisariat FISIP UHAMKA untuk hadir didalam nya dan pengurus lainnya.
Melihat roda pergerakan IMM, dari kader hingga masa depannya dengan orientasi pada evaluasi pengurus sebelumnya. Kakanda Ucen mengajarkan arti kehidupan organisasi dan arti kehidupan organisasi yang baik, yang sebenarnya. “Jangan melihat pada kekuasaan saja, tapi pada orientasi niat, kalau kita mau belajar.” Kakanda Ucen mengajarkan itu kepada penulis. Kak Ucen pula yang mengajarkan penulis arti penting organisasi, kehidupan berorganisasi, kepemimpinan, hingga jalannya organisasi. Argumentasi dan pandangan nya yang membuat penulis mengerti betapa indah dan pentingnya kehidupan organisasi. Selain itu, kakanda Ucen mengajarkan penulis hidup aktivis, dengan tidak mengesampingkan kuliah. Kuliah tetap, aktif di organisasi juga iya. Konsep kesepahaman mulai muncul dan kita sama-sama saling mengerti dan memahami.
Berbicara tentang pemimpin. Pemimpin dalam sebuah organisasi. Ingat betapa kita seringkali membahas tentang pemimpin, dan jalannya gerakan di IMM. Ingat pula kakanda Ucen memberikan motivasi bahwasanya, “Pemimpin itu tidak hanya sekedar memimpin, tapi mengayomi semuanya”. Lanjut kak Ucen, “Dan juga porsi pemimpin sama saja dengan yang lain, tidak se-enaknya berkuasa dan selalu keputusannya menjadi mutlak. Tapi, dengan adanya ketua bidang, sekretaris bidang, anggota semuanya dapat memiliki suara dan menyatakan pendapatnya perihal apapun. Kita juga sistem musyawarah, tidak hanya ketua umum saja yang dapat bersuara dan mutlak pendapatnya”. Dari situ kak Ucen mengajarkan arti dan porsi pemimpin dan begitu banyak, banyak, dan banyak ilmu, pengetahuan dan wawasan yang diberikan oleh nya untuk penulis. Yang jelas, semua itu adalah demi IMM, demi kemajuan IMM kedepannya. Agar lebih baik lagi dari periode dia (2015-2016) dan selanjut nya.
Dari hati, turun ke niat, dan umpan balik itu penulis mendapatkan sumbangsih ilmu, wawasan, dan ini semua upaya dalam meraih kesuksesan di masa depan. Terimakasih atas 1 periode nya bersama penulis dan teman-teman satu ikatan. Terimakasih telah membimbing penulis hingga sekarang ini. Terimakasih atas waktu, tenaga, fikiran dan kontribusinya di IMM. Semoga kak Ucen tetap selalu ada, tetap selalu dalam jiwa, dan selalu memberikan yang terbaik untuk diri, keluarga, Muhammadiyah, untuk IMM, kampus UHAMKA dan tentunya untuk bangsa dan negara. Disini, dapat diambil semangat ber-IMM dari seorang kader IMM, juga semangat berintelektual kader IMM yang harus selalu digelorakkan, semangat diskusi, semangat perduli dan peka terhadap organisasi dan realitas sosial. Meminjam istilah Amirullah (2016: 144) “... memberi nama lain dari model intelektual kader IMM adalah intelektual berkiprah. Intelektual berkiprah yang dimaksud adalah seorang intelektual yang mengabdikan dirinya bergumul dengan kehidupan masyarakat. Menjadi penggerak perubahan, selalu berjuang untuk kepentingan masyarakat luas serta tidak terpenjara oleh jurusan, bidang studi atau konsentrasi keilmuannya, walaupun di sisi lain kader IMM dituntut juga menjadi pribadi yang profesional, tapi memahami juga ilmu-ilmu lainnya sebagai alat perjuangan ...”
Terakhir, ini adalah bentuk kontribusi dan dinamika di IMM dari penulis. Intelektual kader harus selalu muncul dan diasah, juga di hadiri religiusitas agar tidak lemah diri alias kering spiritual, juga semangat jiwa kemanusiaan kader ikatan. Penulis sebagai kader IMM tentu masih ingin belajar dan belajar. Mari tingkatkan semangat fastabiqul khairat yang kuatkan pemahaman akan ideologi IMM, yang kemudian diresapi dan diterapkan. Terkahir, mengutip perkataan IMMawan Majid, Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan, “Jika kamu cinta terhadap IMM, kamu harus tahu arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah”.


Kadermu,
Bayujati Prakoso

Salam Ikatan,
IMM Jaya!

Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kamis, 08 Juni 2017

Talkshow with Film Maker Muslim - Teaser

"Memanfaatkan Media Film Sebagai Ladang Dakwah"



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

šŸŽ‰PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta SelatanšŸŽ‰
Proudly present : 
"Talkshow Media With Film Maker MuslimšŸŽ„šŸŽž" 
dengan tema
 "Memanfaatkan Media Film Sebagai Ladang Dakwah"
 šŸ“† Kamis, 15 Juni 2017/20 Ramadhan 1438H.
⏰ Pukul 13.00 WIB s.d. Selesai
šŸ¢ Aula lt.4 UHAMKA Kampus Limau 
šŸ‘¤NARASUMBER 
Crew Of Film Maker Muslim 
šŸ‘¤BINTANG TAMU 
Abdul Kaafi 
šŸ’² PRESALE : Rp. 20.000
šŸ’² OTS : Rp. 25.000
 šŸ“Œ INCLUDE
✔Ilmu Yang Bermanfaat
✔Snack
✔Sertifikat 
šŸ‘„Terbuka untuk "UMUM" 

Jumat, 02 Juni 2017

BEAUTY TALKSHOW BERSAMA FEMALE DAILY GOES TO CAMPUS



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. 
šŸ™PK IMM FISIP UHAMKAšŸ™ 
šŸŽŠProudly PresentšŸŽŠ 
*BEAUTY TALKSHOW BERSAMA FEMALE DAILY GOES TO CAMPUS*
 _Beauty Talkshow and Mini Makeup Class_
Buat kamu para wanita yang suka banget sama dunia kecantikan ataupun buat kamu yg belum tau cara makeup yang natural tapi tetep keceee & selalu nampak cantik luar dalam. Udah kepo banget gimana caranya?? Disinilah tempatnya kalian bisa belajar berdandan ria bersama FEMALE DAILY NETWORK 
šŸ‘Š*Lets join with our event guys!*šŸ‘Š *Kuy datenglah gengs!* Catat Tanggalnya ya!
šŸ“…Hari/Tanggal: Selasa, 13 Juni 2017
⏰Pukul: 15.00 - 18.00 WIB
šŸ Tempat: Aula Lantai 4, Kampus A UHAMKA LIMAU
 šŸ’°HTM: Cuma Rp. 10.000 aja nih gengs!

INCLUDE:
šŸ‘œ Goodie bag
šŸ”–Sertifikat
šŸ”Snack
šŸ“Ilmu Yang Bermanfaat
šŸŽDoorprize

KUOTA TERBATAS GENGS! 
☎Contact Person: Iqhfa : 085891029393
 ▶Follow us:
Instagram:  @pkimmfisiphamka
Facebook:  PK IMM FISIP Uhamka
Twitter: https://twitter.com/pkimmfisiphamka

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. 


Selasa, 09 Mei 2017



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Buat kamu-kamu-kamu yang suka banget sama dunia sastra terutama novel, penasaran gak sih gimana susahnya dan ribetnya penulis itu bisa membuat novel yang bagus dan bisa menarik minat membaca? Mau dapat motivasi yang subhanallah dari salah satu penulis gagasmedia?

Inilah saatnya utk kamu bisa "curhat" sama salah satu penulis ternama!!!



šŸ™šŸ¼PK IMM FISIP UHAMKAšŸ™šŸ¼
       šŸŽŠProudly PresentšŸŽŠ

SEMINAR KEILMUAN BERSAMA GAGASMEDIA GOES TO CAMPUS*
  _Kenali Duniamu Melalui Sastra_


šŸ“šBENGKEL KEPENULISAN dan TEMU PENGARANG Novel *Bajak Laut dan Purnama Terakhir*šŸ“š

šŸ™ŽšŸ»‍♂Pembicara: *Adhitya Mulya* (penulis Novel Jomblo, Sabtu Bersama Bapak, dll)

Catat Tanggalnya!
šŸ“…Hari/Tanggal: Senin, 22 Mei 2017
⏰Pukul: 08.00-12.00 WIB
šŸ Tempat: Ruang Sidang B Kampus A UHAMKA LIMAU

šŸ’°HTM:
Rp. 40.000 (Mahasiswa Uhamka)
Rp. 75.000 (Umum)

šŸ›INCLUDE:
šŸ“’GRATIS NOVEL! untuk 50 orang Pendaftar Pertama
šŸ”–E-Sertifikat
šŸ”Snack
šŸ“Ilmu Yang Bermanfaat
šŸŽDoorprize

Eits, kita juga ada Bazaarnya lho!
*BAZAAR NOVEL GAGASMEDIA* pada hari yang sama!
Lokasi di depan Ruang Sidang B Uhamka

KUOTA TERBATAS!

☎Contact Person:
Anindya (085774325007) via WA
Layla (08815600925) via WA

Follow us:
Instagram:  @pkimmfisiphamka
Facebook:  PK IMM FISIP Uhamka
Twitter: pkimmfisiphamka

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

#Fastabiqulkhairat 
#IMMJAYA 
#PKIMMFISIPUHAMKA 
#TajdidIMM 
#GaulTapiIslami 
#FISIPMemangBeda 
#GueIMMFisip 
#TetepGaulTetepIslami 
#IMMFisipSelaluCeria

Kamis, 04 Mei 2017

MOMENTUM HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017

MOMENTUM HARI PENDIDIKAN NASIONAL:

SEBUAH REFLEKSI MENUJU AKSI


https://www.instagram.com/p/BTlCU2wBbxi/


Jakarta, 1 Mei 2017 –Tepatnya pada tanggal 2 Mei, diperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Momentum sejarah pendidikan nasional yang sangat penting, juga berteguh akan sebuah pendidikan sejati yang tidak lepas dari peran bapak pendidikan nasional yakni Ki Hadjar Dewantara.Tentu ini adalah sebagai momentum yang sangat penting dan perlu di pahami oleh seluruh generasi penerus bangsa, juga menjadi bahan refleksi bersamayang berujung pada adanya aksi nyata.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Disini membuktikan, salahsatu kepekaan generasi bangsa yang jatuh mana pada 2 Mei di setiap tahun adalah sebuah momentum dimana pendidikan menjadi salahsatu pilar kebangsaan di bumi pertiwi. Dimana segala sesuatunya harus dijalankan, ditegakkan, serta adanya keadilan terkait yang namanya pendidikan nasional sebagaimana  UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II: Dasar, Fungsi dan Tujuan, pasal 2, “Pendidikan nasionalberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.”

Disini sebagai generasi penerus estafet kepemimpinan bangsa, sudah selayaknya untuk tingkatkan semangat dan menjalin ukhuwah dalam membentuk pendidikan yang mana diera modernisasi ini perlu yang namanya peningkatan pemahaman, mempertajam cakrawala gagasan dan pemikiran sehingga menjadikan Sumber Daya Manusia yang mumpuni juga bermartabat, juga jelas dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II: Dasar, Fungsi dan Tujuan, pasal 3 menjelaskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Selanjutnya, dalam UU yang sama, BAB III: Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 4 ayat 1 dijelaskan, “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.” Artinya, sebuah keharusan sebagai bangsa ini menjalankan tujuan nya yang salahsatu nya mencerdaskan bangsa melalui pendidikan yang merata diseluruh daerah, kurangnya tingkat pemahaman anak bangsa, dan sebagainya. Tegas, artinya bahwa sebuah demokratisasi pendidikan, sebuah tanda tanya di negeri tercintai ini. Bagaimana negeri ini bisa terus tegak berdiri, jika hajat hidup warganya dimangsa berkali-kali. Ini sebuah catatan bersama untuk pemimpin negeridalam menjalankan amanah memberikan pendidikan yang berkualitas untuk anak bangsa.Pola dan dinamika pendidikan kebangsaan sudah sangat memprihatikan. Maka, hadirkan pendidikan yang utuh sebagai wujud adanya integritas bangsa, tolak komersialisasi pendidikan. Jangan jadikan generasi bangsa terpuruk hilang oleh karena penindasan, kesenjangan sosial, sistem pendidikan yang tidak merata, tidak berkeadilan, dan berbagai permasalahan hingga polemik yang hadir di bumi pertiwi.

“Mari kita refleksikan bersama untuk pendidikan sekarang dan tantangan masa depan yang mana kita sebagai generasi penerus bangsa lahir dan hadir di tempat Bumi Pertiwi yang dicintai ini sebagai wujud loyalitas dan rasa nasionalisme kepada bangsa dan negara dengan ayo, semangat, peka dan pahami sejarah, belajar dengan tekun, peka terhadap realitas sosial-politik yang terjadi, hingga pada mampu memahami pendidikan yang sejatinya seperti apa juga implikasinya, serta mampu menerapkan nya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”, tegas Bayu dalam tulisannya, Senin, (1/4/2017).

###

Info lebih lanjut, hubungi:
Bayujati Prakoso: 089660595335 (Anggota Bidang Hikmah PK IMM FISIP UHAMKA 2016-2017)

Bidang Hikmah PC IMM Jakarta Selatan | Instagram: @pcimmjaksel